REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Mantan Presiden Bacharuddin Yusuf Habibie dalam ceramahnya di Al Azhar Conference Center (ACC) di Kairo, Mesir, pada Senin (6/6), mengungkapkan bahwa ia pernah ditantang Presiden Soeharto untuk mengaktualisasi ajaran Islam.
Diungkapkannya, semasa menjabat sebagai menteri riset dan teknologi, Presiden Soeharto selalu mengamini apa saja yang ingin dibuat Habibie menyangkut pengembangan industri strategis termasuk pembangunan PT Dirgantara Indonesia dan industri perkapalan, PT PAL, disamping membangun sumber daya manusia (SDM).
"Semua yang saya mau kerjakan disetujui oleh Pak Harto kecuali satu, yaitu tidak boleh ada revolusi," katanya.
Pak Harto bilang, "Orang Indonesia itu tidak neko-neko, yang penting kebutuhan pokoknya terpenuhi dan keamanan serta masa depannya terjamin, ya sudah mereka tenang. Jadi buat ada revolusi?"
Peraih doktor bidang konstruksi pesawat terbang di Universitas Aachen, Jerman, pada 1965 itu menggambarkan kehidupan yang sempurna adalah menggabungkan dua pilar utama, yakni Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) dan Imtak (iman dan takwa).
"Iptek dan Imtak harus berjalan beriringan. Iptek tanpa Imtak, rasanya hidup ini hampa, begitu pula sebaliknya, Imtak tanpa Iptek, hidup akan terus terkebelakang," paparnya.
Kendati demikian, Habibie menuturkan bahwa hidupnya tak berarti apa-apa tanpa peran penting dari dua wanita yang sangat ia cintai di dunia ini, yaitu ibu kandungnya (almahumah), dan istrinya, dr Hasri Ainun Besar (almarhumah).
Habibie juga tak luput menyatakan rasa bangganya dengan keberhasilan putranya, Dr Ilham Habibie yang kini memimpin ICMI. "Saya bangga karena Ilham kini berkeliling dari satu mesjid ke mesjid lain di Indonesia untuk menjalin jaringan guna mencerahkan masyarakat baik dalam kehidupan duniawi maupun ukhrawi," katanya.
Ceramah Habibie di ACC yang dipandu Duta Besar RI untuk Mesir, AM Fachir, dan dihadiri sekitar 1.500 mahasiswa Indonesia ini dilakukan di sela Forum PBB untuk Program Pembangunan (UNDP) di Kairo, tempat Prof Habibie bersama para pelopor reformasi dari sejumlah negara termasuk mantan Ketua MPR, Amien Rais, berbagi pengalaman mengenai landasan transisi demokrasi.
Menurut catatan UNDP, Habibie menjadi bintang dalam forum dua hari (5-6/7) bertema "Patway of Democracy Transition: International Experiences and Lessons Learnt and The Road Ahead" tersebut.
Dalam paparannya di Forum UNDP yang disiarkan langsung sejumlah televisi termasuk Al Jazeera itu, Habibie mengetengahkan beragam persoalan ketika ia menjabat presiden di masa transisi panca mundurnya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998.