REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Mantan Presiden Bacharuddin Yusuf Habibie dalam ceramahnya di Al Azhar Conference Center (ACC) di Kairo, Mesir, pada Senin (6/6), mengungkapkan bahwa ia pernah ditantang Presiden Soeharto untuk mengaktualisasi ajaran Islam. Ia juga menyatakan pernah 'dipaksa' Sekjen PBB saat itu, Boutros Boutros-Gali untuk berpidato.
Tepatnya, pada 7 Desember 1994 dalam forum yang diadakan untuk memperingati Tahun Emas (Golden Jubilee) atau HUT ke-50 berdirinya Organisasi Penerbangan Sipil (The International Civil Aviation Organization/ICAO). Dalam ajang ini, Habibie terpilih sebagai ilmuwan dirgantara yang berjasa dalam pengembangan dan desain pesawat, dan paling berhak menerima Medali Edward Warner Award.
ICAO didirikan di Chicago, AS, pada 7 Desember 1944, yang kemudian menjadi salah satu Badan PBB, sementara Medali Edward Warner Award yang diambil dari nama pendiri dan pemimpin pertama IACO diberikan kepada para ilmuwan dirgantara yang paling berjasa memajukan pernerbangan internasional.
Sekretaris Jenderal PBB saat itu, Boutros Boutros-Ghali juga hadir dalam HUT 50 tahun ICAO tersebut.
Saat acara penyerahan Medali, Boutros-Ghali membisiki Habibie agar sedikit memberi sambutan.
"Wah, saya tidak punya persiapan pidato sambutan, jadi tidak perlu saya pidato," ujar Habibie pada Sekjen PBB itu.
Tapi, ketua panitia acara itu mendatangi tempat duduk Habibie dan membujuk agar menyampaikan beberapa kata saja di podium, "Please, Tuan Habibie, hadirin menginginkan bapak memberikan sedikit sambutan".
Akhirnya, Habibie pun berdiri menuju podium dan disambut tepuk tangan membahana hadirin.
"Suanan hening saat saya berada di atas podium. Semua mata dan kamera wartawan mengarah ke saya, menanti apa yang hendak saya katakan. Tapi, apa yang terjadi, pertama kali saya ucapkan adalah Bismillahir Rahmanir Rahim (Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang)."
"Suasana dalam ruangan yang dihadiri ribuan orang itu masih hening sejenak, lalu saya melanjutkan dengan kalimat 'Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh'."
Dalam sambutannya, Habibie menegaskan bahwa semua orang berhak maju dan kemajuan itu tidak didominasi oleh agama atau etnis tertentu.
"Jadi tidak ada alasan bagi orang-orang di negara terbelakang untuk tidak maju, saya telah membuktikan ini," katanya.
Seusai acara, kenangnya, para wartawan mengerubungi Habibie untuk memintai komentarnya atas penerimaan medali bergengsi itu.
Ada satu pertanyaan wartawan yang membuat Habibie tersentak, katanya, "Mr Habibie, kami sudah mengetahui semua alasan mengapa Anda terpilih menerima medali ini, namun kami belum mengetahui adalah saat ICAO didirikan di Chicago, AS, pada jam 10 pagi, 7 Desember 1944, Anda berusia berapa, berada di mana dan sedang melakukan apa?"
Mendengar pertanyaan wartawan, Habibie yang dilahirkan di Gorontalo, Sulawesi, pada 25 Juni 1936, itu pun sejenak menerawang ke masa kecilnya.
"Waktu itu usia saya baru enam tahun, berada di rumah panggung di sebuah desa di Indonesia, dan pada jam itu saya punya jadwal tetap mengaji Alquran," ujarnya kepada sang wartawan. Semua yang mengelilinginya terpana, sebelum akhirnya tertawa. (Bersambung)