REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Mantan Presiden Bacharuddin Yusuf Habibie dalam ceramahnya di Al Azhar Conference Center (ACC) di Kairo, Mesir, pada Senin (6/6), mengungkapkan bahwa ia pernah ditantang Presiden Soeharto untuk mengaktualisasi ajaran Islam.
"Jadi Pak Habibie sebagai ilmuwan Islam harus membuktikan bahwa umat Islam Indonesia juga mampu bersaing dengan dunia internasional," katanya.
Ia mengaku permintaan Soeharto itu selalu terngiang-ngiang di benaknya untuk menggariskan visi bahwa Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia harus menjadi negara mandiri secara ekonomi dan politik untuk bisa bersaing dengan negara maju. Itulah sebabnya, pada tahun 1990, Pak Harto manyambut baik berdirinya Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), tempat Habibie selaku pendiri sekaligus ketua umum ICMI pertama.
Habibie merasa tertantang oleh keinginan Pak Harto, dan juga perkataan orang-orang Barat yang ia dengar sendiri bahwa Indonesia tidak bakal maju karena berpenduduk Muslim, karena tradisi Islam dianggapnya selalu menghambat kemajuan.
Habibie kemudian mengisahkan pidatonya dalam satu acara bergengsi internasional di Montreal, Kanada, pada 7 Desember 1994 yang dihadiri kalangan ilmuwan dari berbagai negara. Acara itu diadakan untuk memperingati Tahun Emas (Golden Jubilee) atau HUT ke-50 berdirinya Organisasi Penerbangan Sipil (The International Civil Aviation Organization/ICAO). Sedikit catatan, dalam acara itu Habibie terpilih sebagai ilmuwan dirgantara yang berjasa dalam pengembangan dan desain pesawat, dan paling berhak menerima Medali Edward Warner Award.
Dalam sambutannya, Habibie menegaskan bahwa semua orang berhak maju dan kemajuan itu tidak didominasi oleh agama atau etnis tertentu.
"Jadi tidak ada alasan bagi orang-orang di negara terbelakang untuk tidak maju, saya telah membuktikan ini," katanya.
Seusai acara, kenangnya, para wartawan mengerubungi Habibie untuk memintai komentarnya atas penerimaan medali bergengsi itu. (Bersambung)