REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Puluhan ribu bibit tanaman penghijauan di lereng Gunung Merapi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, terancam mati akibat kekeringan setelah lebih dari sepekan tidak turun hujan.
"Ada puluhan hektare bibit tanaman penghijauan yang ditanam di wilayah Desa Glagaharjo kondisinya sekarang mulai kritis akibat lama tidak tersiram air," kata Kepala Desa Glagaharjo, Sleman, Suroto, Senin.
Menurut dia, warga yang selama ini memberikan perhatian terhadap tanaman penghijauan tersebut juga kesulitan merawat tanaman tersebut karena mereka juga kekurangan air.
"Warga saat ini harus membeli air seharga Rp120 ribu per tangki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan ini hanya mampu bertahan dua minggu sehingga mereka juga berhemat air," katanya.
Ia mengatakan, dalam sepekan ini banyak donatur atau relawan yang melakukan kegiatan penghijauan di lereng Merapi sehingga bibit tanaman yang baru ditanam juga rawan kekeringan.
"Belum lama ini ada penanaman sekitar 25 ribu bibit pohon, dan sebelumnya juga ada puluhan ribu yang ditanam. Dapat dipastikan bibit tanaman tersebut tidak akan mampu bertahan jika dalam beberapa hari ini tidak turun hujan, kami juga tidak bisa berbuat apa-apa karena saat ini akses air memang sulit," katanya.
Tim Penghijauan Lereng Merapi Bambang Sugeng mengatakan saat ini memang bibit pohon di lereng Merapi mulai mengalami kekeringan dan dikhawatirkan akan mati bila tidak turun hujan.
"Ribuan tanaman mulai layu setelah lebih dari seminggu tidak turun hujan, dikhawatirkan tanaman ini akan mati jika tidak segera disiram air," katanya.