REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia Corruption Watch menilai praktik korupsi di Indonesia sudah menjalar ke berbagai sektor termasuk ke sekolah dan pondok pesantren. "Praktik korupsi tersebut dilakukan dengan berbagai modus mulai dari amatiran hingga profesional," kata Kepala Divisi Monitoring Pelayanan Publik ICW, Ade Irawan, pada diskusi "Indonesiaku Dibelenggu Koruptor", di Jakarta Sabtu.
Pembicara lainnya pada diskusi tersebut adalah pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan pengamat ekonomi dari Econit Advisory Group Hendri Saparini. Menurut Ade, dari riset yang dilakukan LSM ICW praktik korupsi di Indonesia sudah menjalar hingga ke sekolah dan pondok pesantren.
Berdasarkan pengalamannya, Ade pernah menemui kasus di sebuah pondok pesantren, ada santri yang mendapat bantuan, tapi dia harus menyetor infaq sekitar 10 persen dari bantuan diterimanya. Sedangkan di sekolah, kata dia, praktik korupsi dilakukan guru dengan modus meminta sumbangan kepada orang tua murid dengan dalih bermacam-macam.
Menurut dia, pola-pola korupsi yang kelihatannya ringan tersebut tapi dilakukan secara sistemik. "Korupsi yang dilakukan di sekolah dan pondok pesentran, sebagian disetor ke dinas. Dari dinas sebagian di setor ke kepala daerah. Kemudian dari kepala daerah sebagian disetor partai politik," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Ade Irawan juga melontarkan joke dengan mengatakan korupsi di Kementerian Agama juga cukup tinggi. Ketika ditanya, mengapa pejabat Kementerian Agama yang memahami ajaran agama masih melakukan praktik korupsi. "Pejabat tersebut mengatakan karena kami tahu cara bertobatnya," katanya.