Jumat 13 May 2011 09:38 WIB

Cara Ber-KB yang Ada Saat Ini Dianggap Kuno, Perlu Metode Baru bagi Perempuan Negara Berkembang

Keluarga Berencana. Ilustrasi
Foto: .
Keluarga Berencana. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN - Metode kontrasepsi baru diperlukan buat perempuan di dunia berkembang, termasuk di empat negara sub-Sahara Afrika, yang memerlukan pengendali-kelahiran modern, demikian hasil satu studi.

Laporan setebal 52-halaman yang dikeluarkan oleh Guttmacher Institute, yang berpusat di New York, Amerika Serikat, mendesak pemerintah di negara berkembang untuk menemukan konstrasepsi baru agar menjangkau 148 juta perempuan di tiga wilayah tempat 49 juta kehamilan yang tak diinginkan terjadi setiap tahun dan mengakibatkan 21 juta aborsi.

"Sub-Sahara Afrika, Asia tengah-selatan dan Asia Tenggara adalah tempat tinggal 69 persen perempuan di dunia berkembang yang memerlukan metode modern," kata studi itu, sebagaimana dilaporkan Antara.

"Tujuh dari 10 perempuan yang kebutuhan mereka tak terpenuhi di ketiga wilayah tersebut menyampaikan alasan mereka tak menggunakan alat pengendali kelahiran padahal itu bisa dilakukan dengan metode yang diperbaiki," katanya.

Kaum perempuan ingin menghindari kehamilan, tapi tak menggunakan alat perlindungan modern karena kekhawatiran terhadap kesehatan, kebiasan hubungan seks yang jarang, kelahiran baru atau pemberian air susu ibu dan penentangan dari pasangan mereka atau lain-lain.

Metode baru yang memiliki lebih sedikit dampak non-kontrasepsi dan lebih mudah digunakan karena cocok dengan hubungan seks yang jarang dan tanpa sepengetahuan pasangan mereka dapat memiliki dampak besar.

Hampir 30 persen perempuan lagi tak menggunakan pengendali kelahiran sebab mereka menentang penggunaan alat kontrasepsi, tak punya pilihan lain, menghadapi masalah untuk memperoleh alat kontrasepsi atau percaya mereka tidak subur.

"Temuan tersebut memperjelas bahwa dipenuhinya kebutuhan akan kontrasepsi bukan hanya meningkatkan akses dan penyuluhan, tapi juga pengembangan metode baru yang lebih baik guna memenuhi kebutuhan kaum perempuan," kata penulis bersama studi itu Jacqueline Darroch.

Secara keseluruhan, sebanyak 215 juta atau 26 persen perempuan usia produktif di seluruh dunia berkembang yang ingin menghindari kehamilan tak menggunakan alat kontrsepsi modern atau berpegang pada pilihan tradisional.

Jumlah itu bertambah jadi 38 persen di tiga daerah dan 39 persen perempuan yang tak menginginkan kehamilan di sub-Sahara Afrika. Secara keseluruhan, kebutuhan satu dari empat dari jumlah 195 juta perempuan bagi alat pengendali-kelahiran modern tak terpenuhi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement