Selasa 05 Apr 2011 17:02 WIB

PKS dan Golkar tak Hadiri Rapat Konsultasi Gedung

Maket gedung baru DPR
Foto: Antara
Maket gedung baru DPR

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dua fraksi tidak menghadiri rapat konsultasi gedung yang rencananya dilakukan pada Selasa sore, (5/4). Yakni Sekjen PKS, Anis Matta dan Ketua DPP Partai Golkar, Priyo Budi Santoso. "Karena keduanya tak hadir, diputuskan diundur hingga Kamis siang, (7/4)," kata Sekjen PDI-P, Pramono Anung Selasa, (5/4).

Ia mengatakan, pimpinan telah menyikapi persoalan yang terjadi di masyarakat dan fraksi sendiri. "Ini merupakan bagian yang dipertimbangkan pimpinan untuk mengambil keputusan karena bagaimana pun ini proses yang sudah cukup panjang dan akan menjadi catatan untuk pengambilan keputusan," katanya.

Keputusan dibatalkan atau tidak, pembangunan gedung sudah ada di dalam rencana strategis (renstra). Artinya, jika ada perubahan sikap, tentunya harus ada rapat konsultasi. Di sinilah akan diputuskan mekanisme perubahan keputusan yang mungkin terjadi.

Terlebih lagi, rapat konsultasi ini dilakukan karena beberapa fraksi yang semula sudah setuju menjadi berpaling dan mengatakan ketidaksetujuannya. Maka, pimpinan menganggap keputusan mengenai hal ini perlu dilakukan dengan cepat dan tidak bisa ditunda lagi. "Maka, dilakukan pada Kamis, karena waktunya sudah mendesak," katanya.

Ditanya mengapa rapat tersebut tidak dilakukan pada Rabu, (6/5), ia berdalih hal itu tidak mungkin. Sebab, Sekjen PKS, Anis Matta belum ada di Jakarta. Seyogyanya, lanjut dia, semua pimpinan hadir. Sebab, rapat ini dianggap hal yang penting dan strategis. Ia pun membantah jika ada upaya penundaan.

Menurutnya, pertemuan Kamis nanti jika suara fraksi mayoritas sama, pimpinan harus segera mengagendakan paripurna. "Tapi, jika ternyata hanya disuarakan di luar, tetapi di dalam berbeda, yaa ini kan lembaga politik, semua bisa berubah setiap saat," katanya.

Kasarannya, lanjut dia, persoalan gedung baru bukan persoalan personil. Tetapi menjadi hiruk-pikuk karena banyak orang yang tidak mengerti ikut berkomentar. Sedangkan yang mengerti ikut mengomentari secara berlebihan. "Kalau melihat posisi yang ada, seperti saya, sejak awal menolak tapi setelah menjadi keputusan kan saya diam saja. Baru kali ini saya mau mengomentari soal gedung," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement