REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Tifatul Sembiring menilai berita yang disiarkan oleh Al-Jazeera hanya untuk mencari sensasi dan jangan dianggap serius karena itu hanyalah suatu rumor. "Kadang-kadang berita dibuat sensasi tapi faktanya tidak ada, menurut saya rumor," kata Tifatul kepada pers, di Istana Wapres Jakarta, Kamis (24/3).
Hal tersebut disampaikan usai mengikuti rapat internal yang dipimpin Wakil Presiden Boediono yang diikuti antara lain Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, serta Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa. Dikatakan Tifatul, yang namanya revolusi dan atau kudeta tentunya diberitakan setelah kejadian, bukan sebelum sebelum kejadian.
Dia juga mengatakan bahwa berita tersebut hanyalah sebuah analisa dan silahkan saja media tersebut melakukan analisa.
"Silahkan saja melakukan analisa tapi kenyataannya itu tidak terjadi, namanya juga berita analisa," kata Tifatul.
Ditanya apakah Pemerintah Indonesia akan melakukan protes terhadap pemberitaan itu, Tifatul mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa melakukan upaya itu. "Selama tidak melanggar undang-undang yang berlaku di negara kita maka tidak bisa dilakukan proses hukum. Berita di dalam negeri saja banyak yang hanya analisa," katanya menambahkan.
Sejumlah purnawirawan jenderal bintang tiga disebut berada di balik gerakan anti-Ahmadiyah, serta kekerasan terhadap jemaatnya di Indonesia, demikian Al-Aljazeera pada Selasa (22/3). Para jenderal tersebut diam-diam mendukung organisasi itu karena memiliki tujuan sama yakni menjatuhkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari kekuasaannya yang dinilai terlalu lemah dan reformasi.