Jumat 18 Mar 2011 20:06 WIB

Bapeten Anjurkan Relawan ke Jepang Konsumsi Iodium

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Badan Pengawas Tenaga Nuklir menganjurkan para relawan Indonesia yang akan dikirim ke Jepang mengonsumsi kapsul Iodium untuk menghindari kemungkinan radiasi Iodium-131, zat radioaktif utama dalam kebocoran pembangkit listrik tenaga nuklir. "Kapsul Iodium akan membuat jenuh kelenjar thyroid sehingga jika ada zat Iodium yang bersifat radioaktif terhisap akan dikeluarkan. Kapsul tersebut bisa diperoleh di berbagai apotek," kata Kepala Bapeten As Natio Lasman saat membekali 11 relawan Bulan Sabit Merah Indonesia yang akan dikirim ke Jepang di Jakarta, Jumat.

Iodium memang merupakan unsur yang banyak dihasilkan dalam pembelahan inti Uranium di suatu reaktor nuklir, dan karena iodium bersifat gas bila panas, Iodium bisa menyebar dengan mudah ke lingkungan. Selain itu, radioisotop Cessium (Cs-137) juga perlu diwaspadai karena bisa berpengaruh kepada organ reproduksi manusia.

Zat radioaktoif Stronsium (Sr-90), logam berat yang biasanya diwaspadai pada saat terjadi kebocoran hanya memberikan masalah di sekitar lokasi PLTN, demikian pula Uranium, Plutonium dan Amerisium, yang konsentrasinya rendah dan berat. Namun demikian, lanjut As Natio, pemerintah Jepang belum memperluas wilayah evakuasi lebih dari radius 30 km dari PLTN Fukushima Daiichi, dengan demikian di luar kawasan tersebut tetap aman dari zat-zat radioaktif.

Pada status Senin, 15 Maret 2011, di Sendai, Miyagi, paparan radiasinya tercatat 0,18 mikro Sievert, artinya warga Jepang masih diperkenankan berada di daerah tersebut selama 2.600 hari lagi, sedangkan di Shinjyuku, Tokyo, ditemukan paparan radiasi 0,14 mikro Sievert yang artinya warga masih diperkenankan berada di daerah tersebut selama 3.000 hari lagi. "Akan tetapi status hari berikutnya dan berikutnya, paparan radiasi di daerah tersebut terus menurun," katanya.

Ia menambahkan bahwa masyarakat di Jepang tidak boleh terpapar radiasi melebihi rata-rata 10 mili Sievert (mSv) per tahun. Namun untuk Indonesia lebih ketat, masyarakat tidak boleh terpapar radiasi melebihi rata-rata 1 mili Sievert (mSv) per tahun sesuai imbauan IAEA, sementara itu pekerja di kawasan radiasi ditetapkan tidak boleh menerima lebih dari 50 mSv per tahun.

Menurut dia, para relawan juga perlu mengetahui bagaimana caranya melakukan dekontaminasi paparan radioaktif dari suatu kawasan PLTN, yakni dengan menggunakan detektor untuk mengetahui apakah ada zat radioaktif yang menempel di tubuh. "Mereka bisa melakukan scan, lalu jika ternyata ada zat radioaktif di pakaian atau tubuh mereka, mereka akan diguyur untuk melarutkan zat tersebut, mereka harus mengganti pakaian lalu di-scan lagi. Mereka yang berasal dari kawasan radioaktif ini akan diberi makanan bergizi yang membuat metabolisme tubuh meningkat dan zat-zat bisa keluar secara alami," katanya.

Ia juga menganjurkan agar para relawan selama di Jepang, khususnya jika tinggal di kawasan Fukushima, lebih memilih untuk membeli makanan dan minuman kemasan yang tertutup misalnya dalam botol atau kaleng. Dari 11 sukarelawan Bulan Sabit Merah Indonesia yang akan dikirim ke Jepang, lima orang di antaranya adalah dokter di bidang ortopedi, kandungan, anastesi, penyakit dalam dan forensik. Mereka masih menunggu visa keluar.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement