Ahad 13 Mar 2011 22:23 WIB

Ginandjar: Indonesia Patut Belajar dan Bantu Jepang

Rep: Rosyid Nurul Hakim/ Red: Agung Vazza

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indonesia patut memetik pelajaran dari gempa dan tsunami yang dialami Jepang. Jepang saja, yang termasuk negara berpotensi bencana alam dan paling siap menghadapi bencana dengan sistem dan teknologi termaju, belum mampu menekan korban besar akibat bencana alam.

"Mungkin tanpa kesiapan dan sistem serta teknologi yang canggih, korban bisa lebih besar lagi. Kita harus makin sadar, kita tidak mungkin melawan alam. Yang dapat dan patut dilakukan adalah lebih memahami dan bersahabat dengan alam," ungkap anggota Dewan Pertimbangan Presiden (wantimpres), Ginandjar Kartasasmita, Ahad (13/3).

Gempa dan tsunami di Jepang dinilainya telah memorakporandakan kehidupan bangsa Jepang, termasuk kerugian ekonomi. Juga yang tidak kurang mengkhawatirkan adalah kemungkinan bencana lebih besar akibat kebocoran atau kerusakan di instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir. "Bencana dan acaman terhadap instalasi nuklir ini, walaupun bukan pertama kali terjadi, tetapi dalam skala yang demikian besar baru pertama kali terjadi dalam sejarah," ujarnya.

Siap Bantu

Karena itu, Ginandjar menegaskan, apa yang sedang dihadapi bangsa Jepang juga merupakan tantangan bagi masyarakat dunia. "Kita di Indonesia ingin sekali membantu, turut meringankan beban yang diderita dan mengatasi dampak bencana," tambah Ginandjar. Saat tsunami di Aceh, dan bencana alam lain di Indonesia, Jepang selalu berada paling depan, paling pertama dan paling besar memberi bantuan. "Mungkin Indonesia tidak mempunyai kemampuan untuk memberi bantuan sebesar yang sama, namun kita siap membantu apa saja yang dapat dilakukan untuk meringankan beban penderitaan rakyat Jepang," tegasnya.

Ginandjar mengaku sudah berhubungan dengan Duta Besar Indonesia di Jepang, dengan tokoh-tokoh masyarakat Jepang, baik kalangan politisi, akademisi, dunia usaha maupun civil society. Di dalam negeri, Ginandjar sudah pula berhubungan dengan Kuntoro Mangkusubroto, yang memiliki banyak pengalaman dalam mengatasi pasca-bencana tsunami di Aceh.

"Saya mendengar, atas prakarsa BRR Institute yang diketuai Pak Kuntoro telah diambil prakarsa untuk menghimpun sekitar 30 organisasi kemanusiaan baik nasional maupun internasional di Indonesia." Pertemuan tadi juga dihadiri wakil dari Kedubes Jepang. Disepakati Indonesia masih menunggu permintaan spesifik apa yang diperlukan pihak Jepang mengingat khasnya bencana di Jepang.

Ginandjar tak lupa menyampaikan bela sungkawa dan duka atas bencana alam yang menimpa Jepang. Indonesia, katanya, telah mengalami malapetaka serupa, di tahun 2004. Karena itu rakyat Indonesia sungguh-sungguh dapat merasakan betapa beratnya penderitaan rakyat Jepang saat ini.

sumber : Rilis
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement