Jumat 14 Jan 2011 18:38 WIB

Suara Hidayatullah Dilaporkan PMII ke Dewan Pers

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia melaporkan redaksi majalah Suara Hidayatullah kepada Dewan Pers atas berita pada laman www.hidayatullah.com berjudul "Dari PMII Menuju Yahudi", karena berpotensi merusak citra PMII, Nahdlatul Ulama (NU), dan Gus Dur.

"Patut diduga wartawan dan redaksi media Suara Hidayatullah dengan sengaja melakukan penggiringan opini untuk merusak citra organisasi PMII, NU, dan Gus Dur. Atas pemberitaan itu, kami akan melayangkan surat pengaduan ke Dewan Pers," kata M. Khusen Yusuf, Ketua Bidang Media dan Opini Publik Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII), dalam siaran pers yang diterima ANTARA, di Jakarta, Kamis malam.

Menurut Khusen, pemberitaan Suara Hidayatullah itu telah melanggar kode etik jurnalistik, melanggar prinsip-prinsip independensi, tidak akurat, tidak berimbang, dan beriktikad buruk. Dalam penyajian berita tersebut, wartawan dan redaksi Suara Hidayatullah juga tidak mengedepankan profesionalisme dalam melaksanakan tugas jurnalistiknya seperti yang tertuang dalam Pasal 1 dan Pasal 2 Kode Etik Jurnalistik (KEJ).

"Bagaimana mungkin seorang wartawan yang profesional mengutip mentah-mentah isi sebuah blog tanpa verifikasi terhadap narasumber yang kredibel?. Mereka juga tidak melakukan verifikasi kepada lembaga yang disebutkan dalam berita tersebut, termasuk kepada PB PMII dan PBNU," tegas Khusen.

Berita berjudul "Dari PMII Menuju Yahudi" yang dirilis hidayatullah.com pada 6 Januari 2011, menceritakan tentang sosok Benjamin Ketang atau Nur Hamid Ketang, Direktur Eksektif Indonesia-Israel Public Affairs Committee-IIPAC. Disebutkan, Ketang yang pernah aktif di "Pengurus Besar PMII-Putih" melanjutkan pendidikan S2 (MA) ke Jewish Civilization, The Rothberg International School, The Hebrew University of Jerusalem (2004).

Ketang juga mengaku sebagai pengagum Kabbalah, aliran Yahudi ultra ortodoks, serta disebutkan terlihat fasih mengutip Talmud, Midras, dan sumber-sumber suci yang diyakini Yahudi. "Kami tidak ada urusan dengan penyebutan Ketang sebagai pengagum Kabbalah, seorang yang mencintai Yahudi, bahkan agen Yahudi sekalipun, atau apapun saja. Yang kami sayangkan adalah adanya upaya penggiringan opini dengan mengaitkan PMII dengan Yahudi. Apalagi dengan judul besar "Dari PMII Menuju Yahudi". Judulnya sama sekali tidak relevan, cenderung tendensius dan beriktikad buruk," ujar Khusen.

Lebih lanjut dikatakan, berita yang ditulis hidayatullah.com justru dapat mengganggu dan merusak nilai-nilai kebangsaan Indonesia, memancing kecurigaan, dan berpotensi memunculkan konflik horizontal di masyarakat.

Kader PMII di seluruh Indonesia, warga Nadhliyyin, dan masyarakat yang mencintai Gus Dur pasti akan marah dengan isi berita tersebut. "Apalagi tanpa ada upaya verifikasi terhadap lembaga yang disebut dalam berita itu. Kami menghargai kebebasan pers, tapi pers yang sehat, tidak menghasut dan hanya menebar kebencian," tandas Khusen, yang juga mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Indonesia ini.

Khusen menuntut redaksi Suara Hidayatullah meminta maaf secara terbuka kepada kader PMII dan Warga NU melalui media massa nasional dan mencabut berita tersebut. "Jika tidak, saya khawatir akan ada reaksi lebih keras lagi dari kader PMII dan Nahdliyyin," ujarnya.

sumber : ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement