Selasa 11 Jan 2011 07:16 WIB

Demokrat Kritik Balik Megawati

Rep: Yasmina Hasni/ Red: Djibril Muhammad
Syarif Hasan
Foto: Edwin/Republika
Syarif Hasan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Partai Demokrat balik mengkritik pidato yang dinyatakan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri pada peringatan HUT partainya. Pidato tersebut soal pertumbuhan ekonomi di indonesia. Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat yang juga Menteri Koperasi dan UKM, Syarif Hasan mempertanyakan kritik yang dilontarkan mantan presiden tersebut.

"Berarti dia tidak membaca indikator keberhasilan dong. Pertumbuhan ekonomi berapa, income per kapita berapa, pada saat dia (Megawati) memimpin cuma berapa?," ujar Syarif Hasan disela rapat kerja pemerintah di JCC, Senin (10/1).

Sebelumnya, dalam pidato politiknya di acara ulang tahun PDI Perjuangan ke-38 di DPP PDI Perjuangan di Lenteng Agung, Megawati mengkritik kebijakan pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dianggapnya tak bisa mengendalikan harga kebutuhan pokok. Pertumbuhan ekonomi yang digadang-gadang pemerintah menurutnya juga tak berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah malah lebih sering menampilkan keberhasilan melalui statistik makro ekonomi.

Menurut Syarif, Megawati tidak melihat fakta di lapangan. Karena ukurannya jelas dan bukan hanya sekedar statistik belaka. "Di saat Asia Pasifik mengalami pertumbuhan negatif malah kita masih positif, masih bertahan. Insya Allah pertumbuhan enam persen. Dulu waktu dia gimana? Itu fakta," tegas mantan Ketua Fraksi partai demokrat ini.

Sedangkan mengenai kritik Megawati soal remunerasi, Syarif berpendapat apa yang dilakukan pemerintah adalah demi kesejahteraan masyarakat. "Kita ingin meningkatkan motivasi bagaimana mereka betul-betul bekerja, efektifitas, konsentrasi pada pekerjaannya. Supaya mereka betul-betul fokus memikirkan bangsa ini. Ini kan kesejahteraan, baru dilakukan dalam setahun terakhir ini," ujarnya.

Syarief juga menjawab kritik megawati terhadap pemerintah yang mengatakan pemerintah mengerdilkan makna reformasi birokrasi hanya sebatas remunerasi dan bahkan menyebutnya sebagai bencana mental. "Begini, kita ingin meningkatkan motivasi bagaimana mereka betul-betul bekerja, efektifitas, konsentrasi pada pekerjaannya," kata dia.

Supaya, tambahnya, mereka betul-betul fokus memikirkan bangsa ini. Hal itu kan kesejahteraan dan baru dilakukan dalam setahun terakhir ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement