REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Anggota Komisi Komunikasi DPR RI, Nurhayati Ali Assegaf, menyesalkan Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, jarang hadir dalam rapat kerja dengan komisi tersebut.
Hal tersebut dikatakan Nurhayati terkait refleksi akhir tahun Komisi I DPR RI terhadap mitra kerjanya di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (28/12).
"Sejak saya duduk di Komisi I DPR, Pak Tifatul itu jarang sekali hadir di Komisi I untuk rapat kerja. Yang hadir selalu adalah Sekjennya, Basuki. Tifatul hadir satu-dua kali di rapat kerja Komisi I," kata Nurhayati.
Menurut dia, kehadiran seorang menteri dalam sebuah rapat kerja dengan DPR, sangat diperlukan guna mengetahui apa yang dibutuhkan oleh mitra kerja yang akhirnya bisa dicarikan jalan keluar sehingga kementerian tersebut bisa bekerja dengan baik.
"Bagaimana kita bermitra kalau menterinya saja tidak datang. Kehadiran menteri itu penting sehingga kita tahu apa yang dibutuhkan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kita 'kan juga mau tahu apa kebijakan Kominfo itu," kata politisi Partai Demokrat itu.
Sejauh ini, kata Nurhayati, Kementerian Komunikasi dan Informatika belum menunjukkan fungsinya sebagai corong pemerintah. Ia juga menyatakan, Kominfo juga belum optimal menunjukkan perannya sebagai institusi yang bertugas untuk mencerdaskan masyarakat melalui pengaturan siaran televisi.
"Belum, dimana maksimalnya, pengaturan siaran oleh Kominfo belum maksimal. 'Boro-boro' jadi corong pemerintah, memberikan pendidikan kepada masyarakat agar bisa cerdas tidak ada. Televisi masih menayangkan berita-berita yang sifatnya pembodohan yang akhirnya menyebabkan kemiskinan masyarakat," kata Nurhayati.
Kominfo juga terkesan lempar tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya seperti ketika Komisi I DPR menanyakan suatu permasalahan, Kominfo menyerahkan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). "Kominfo masih sering lempar bola, lemah koordinasi, masih tinggi ego sektoralnya," kata dia.