Selasa 21 Dec 2010 00:28 WIB

Menko Polhukam: Informasi WikiLeaks Soal Munir Mentah

Rep: M Ikhsan Shiddieqy/ Red: Djibril Muhammad
Menko Polhukam
Menko Polhukam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menko Polhukam Djoko Suyanto mengingatkan, informasi yang dikeluarkan WikiLeaks itu bersifat mentah yang belum diolah. Menurut Djoko, hal itu harus dipahami dengan baik. Artinya, data seperti itu sebenarnya dimiliki perwakilan negara di mana pun.

"WikiLeaks tuh begini ya, itu adalah raw material informasi yang diberikan oleh perwakilan AS di mana saja, jadi data yang masuk masih sangat mentah. belum diolah. Jadi, itu yang harus dipahami, itu dimiliki oleh perwakilan negara di manapun," kata Djoko di Istana Negara, Senin (20/12).

Oleh karenanya, Djoko tidak bisa mengomentari setiap informasi yang dilansir WikiLeaks, termasul soal AS yang meragukan kemampuan polisi dalam menyelesaikan kasus Munir. "(Informasi) dari siapa? tanya ke WikiLeaks, jangan tanya saya," kata mantan Panglima TNI ini.

Sebelumnya dalam Wikileaks dilaporkan bahwa para diplomat AS meragukan keseriusan Polri dalam mengungkap kasus Munir. Memo Kedutaan Besar AS di Jakarta yang diperoleh kantor berita The Sydney Morning Herald dari WikiLeaks mengatakan bahwa kemajuan yang dilakukan Polri hanya karena desakan dari masyarakat internasional. Muchdi PR yang menjadi terdakwa utama juga bebas, dia kini aktif berpolitik bersama Partai Gerindra.

Di tiga memo yang dikirimkan kedubes AS Jakarta ke Washington September tahun lalu, Muchdi disebut-sebut oleh para diplomat sebagai seorang yang berbahaya dan pendendam. “Seorang pensiunan jenderal yang kenal dekat dengannya mengatakan bahwa Muchdi adalah orang gila dengan ego yang luar biasa besar dan tanpa belas kasihan,” tulis memo tersebut.

Pada memo tersebut dikatakan bahwa seorang pejabat tinggi polisi lainnya mengatakan bahwa Muchdi adalah seorang yang tanpa segan-segan akan melanggar HAM dan sama sekali tidak merasa berdosa. Memo kedubes AS lainnya bulan Juni 2008 mengungkapkan, berbagai usaha pembunuhan Munir yang dilakukan BIN. Hal ini didapat dari bukti-bukti Kepolisian yang memuat hasil pertemuan beberapa pejabat BIN.

"BIN telah membuat beberapa skenario pembunuhan, termasuk menggunakan penembak jitu (sniper), bom mobil, dan bahkan ilmu hitam. Beberapa usaha pembunuhan gagal sebelum Munir akhirnya tewas diracun," ujar memo tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement