REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta – Menanggapi penemuan warga atas gas beracun yang keluar dari lubang yang terdapat di Gompol dan bukit Gajahmungkur, Klaten, Yoyakarta, Kepala BPPTK Subandrio berjanji akan mengecek kebenaran informasi tersebut.
“Sata sudah dengar. Namun masih harus dipastikan,” ujar Subandrio saat dihubungi melalui telepon.
Mengenai kemungkinan keluarnya gas beracun dari bawah tanah di sekitar Gunung Merapi, Subandrio belum bisa memastikan sebelum mengecek langsung penemuan gas beracun yang dilaporkan warga di lapangan. “Tunggu hasil pengecekan besok,” tandasnya.
Pada ahad (7/11), Merapi dikabarkan mengeluarkan gas beracun sampai ke Posko Pemantauan ORARI di Dompol, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten yang jaraknya sekitar 12 kilometer dari puncak gunung tersebut. "Merapi tadi pagi dari pukul 03.00-05.00 WIB masih meletus dan mengeluarkan awan panas dan suara bergemuruh itu bahkan masih terdengar sampai pukul 11.00 WIB," kata Karyono (Cak Dul), salah seorang anggota ORARI Klaten yang berada di Pos Pemantauan Merapi di Dompol, Kecamatan Kemalang.
Diketahuinya ada gas beracun dari Merapi ini pertama tercium bau yang tidak enak dan setelah itu para anggota ORARI yang berada di Posko Pemantauan Merapi Dompol lari menyelamatkan diri mencari daerah yang lebih aman.
Menurut dia, diketahuinya gas beracaun itu pagi harinya karena ada kucing, ayam dan lalat yang mati di daerah tersebut. "Posko Pemantauan ORARI Dompol ini merupakan posko tertinggi di Merapi dan untuk di daerah atas sudah tidak ada lagi kehidupan manusia pada malem hari," katanya.
Jadi, kawasan rawan bencana (KRB) III seperti daerah Balerante, Sidorejo, Tegalmulyo dan Kendalsari sudah kosong tidak ada penghuninya seperti kampung tidak bertuan saja dan ternak-ternak milik warga juga sudah semua dievakuasi.