Jumat 29 Oct 2010 04:30 WIB

Menkes: Jangan Beri Susu Formula untuk Korban Merapi dan Mentawai

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Endro Yuwanto
Susu formula dilarang
Foto: peduliasi.com
Susu formula dilarang

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih mengimbau kepada para dermawan yang membantu para korban bencana letusan Gunung Merapi dan tsunami Mentawai untuk tidak memberikan susu formula bayi.

Hal itu disampaikan Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan Tritarayati dalam siaran persnya yang disampaikan ke Republika, Kamis (28/10).  Sehubungan dengan hal itu pemerintah juga akan memperketat pengawasan terhadap sumbangan dan distribusi susu formula kepada keluarga-keluarga yang terkena dampak bencana alam di dua tempat baru-baru ini.

''Kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi, berikanlah air susu ibu (ASI) saja sampai bayi berusia enam bulan. Pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun dan sejak usia tujuh bulan dapat diberikan makanan tambahan berupa makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) yang telah disediakan pemerintah,''kata Menkes.

Untuk korban letusan Gunung Merapi, Kementerian Kesehatan telah menyalurkan berbagai bantuan antara lain MP-ASI sebanyak enam ton, masing-masing untuk Kabupaten Magelang  sebanyak dua  ton, Provinsi DIY  dua  ton, Kabupaten Boyolai satu ton, dan Kabupaten Klaten satu ton. Sedangkan MP-ASI untuk korban tsunami Mentawai sebanyak 10 ton, masing-masing lima ton untuk Dinkes Provinsi  Sumatra Barat dan  lima  ton untuk Dinkes Kabupaten Mentawai.

Menurut Menkes, ASI dapat memenuhi seluruh kebutuhan bayi dan keunggulannya tidak bisa digantikan dengan susu lain. ASI aman, bersih, dan mengandung zat-zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit.

Hasil survei yang dilakukan oleh UNICEF, satu bulan setelah gempa  Yogyakarta tahun 2006 menunjukkan bahwa tiga dari empat keluarga dengan anak-anak di bawah usia enam bulan menerima bantuan susu formula. Survei ini juga menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan pemberian susu formula dari 32 persen pada saat sebelum bencana menjadi 43 persen setelah bencana.

Akibatnya, kasus diare di kalangan bayi di bawah usia enam bulan yang mendapatkan susu formula menjadi dua kali lipat (25,4 persen) dibandingkan dengan bayi-bayi yang tidak mendapat susu formula (11,5 persen). Kasus diare di kalangan anak usia antara enam bulan sampai 23 bulan juga meningkat sebanyak lima kali lipat dibandingkan dengan sebelum bencana.

 

Susu formula dan susu bubuk merupakan sumbangan yang banyak diberikan dalam keadaan darurat. Sayangnya pembagian produk ini seringkali tidak terkontrol dan dikonsumsi oleh bayi dan anak-anak yang masih perlu mendapat ASI. Dalam keadaaan bencana, kondisi lingkungan biasanya memburuk dan persediaan air terbatas, sehingga sangat penting bagi para Ibu untuk tetap memberikan ASI kepada anak mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement