Kamis 28 Oct 2010 23:27 WIB

Duh, Kekerasan Seksual Anak ke Anak Cenderung Meningkat

Rep: Prima Restri/ Red: Endro Yuwanto
Pornografi
Pornografi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Anak-anak merupakan tumpuan harapan bangsa di masa depan. Namun akibat kemajuan teknologi sebagian anak-anak Indonesia, khususnya yang berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok Tangerang, dan Bekasi justru memperoleh dampak negatifnya. Mereka diindikasi kecanduan pornografi.

''Akibat seringnya melihat pornografi di internet mendorong anak untuk melakukan aksinya. Dan mereka melakukannya pada teman sebayanya,'' tutur Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait kepada Republika, Kamis (28/10).

Pada tahun 2010 ini pengaduan kepada Komnas PA tentang kekerasan terhadap anak, khususnya kekerasan seksual terhadap anak dan dilakukan oleh anak menunjukkan peningkatan. Arist memaparkan jika tahun 2009 persentase kekerasan sekitar sembilan persen, sampai Oktober 2010 ini persentase sudah menunjukkan sekitar 11 persen dari seluruh pengaduan kekerasan seksual terhadap anak.

Komnas PA sampai Oktober 2010 sudah menerima 2.044 pengaduan. Dan 62 persennya adalah kekerasan terhadap anak atau sebanyak 1.267 pengaduan dimana 140 laporan adalan kekerasan seksual terhadap anak yang dilakukan oleh anak.

Adanya tren kenaikan kekerasan seksual yang dilakukan oleh anak ini, menurut Arist sangat memprihatinkan.''Ini pertanda bahwa orang tua, masyarakat maupun pemerintah belum siap untuk menghadapi dampak buruk kemajuan teknologi,'' tutur dia.

Selain naiknya kekerasan seksual anak oleh anak, Komnas PA pun menerima pengaduan dua kasus kecanduan anak terhadap pornografi.''Sudah dua kasus kami tangani dan diberi terapi. Saat ini kondisi kedua anak sudah mulai bisa melupakan kecanduannya. Terapi yang dilakukan memang agak lama karena otak tengah mereka menciut,'' papar Arist.

Karena itu Komnas PA mengimbau bagi pihak yang peduli kepada anak dan memiliki latar belakang psikolog mau menjadi relawan membantu anak-anak yang kecanduan pornografi.''Sehingga untuk mendapatkan terapi tidak perlu membayar. Karena ini demi masa depan bangsa,'' tutur Arist.

Sebelumnya Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar memaparkan bahwa kondisi anak yang kecanduan pornografi sangat memprihatinkan. ''Diperlukan terapis kecanduan pornografi dimana saat ini belum ada terapis khusus pornografi,'' papar dia beberapa waktu lalu.

Di sisi lain Linda juga mengatakan bahwa orang tua perlu untuk mendampingi anak saat menggunakan internet. Bagi orang tua yang belum bisa menggunakan internet harus mulai belajar menggunakannya untuk bisa melakukan pendampingan. Apalagi, ditambahkan Linda, Indonesia adalah pengguna Facebook nomor dua di dunia. Ia yakin sebagian besar yang memiliki akun Facebook adalah anak-anak dan remaja.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement