REPUBLIKA.CO.ID, SOLO--Peserta tahlilan yang dilaksanakan dalam rangka memperingati 1.000 hari meninggalnya mantan Presiden Soeharto di empat tempat secara serentak, akan memakai pakaian adat Jawa.
"Soeharto selain mantan Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia, beliau juga sangat besar jasa-jasanya dalam masalah pelestarian budaya, maka kami mengharapkan bagi peserta tahlilan nanti juga memakai pakaian adat Jawa," kata Salah seorang panitia peringatan 1000 hari tersebut Begug Poernomosidi, di Solo, Selasa (19/10).
Tahlilan itu akan digelar Kamis (21/10) malem di empat tempat yaitu di Astana Giribangun Matesih, Kabupaten Karanganyar, yang akan diikuti sekitar 2.000 orang, Jaten, Karanganyar diikuti oleh 300 orang, Dalem Kalitan Solo 2.000 orang dan di Masjid At Tin, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta sebanyak 2.500 orang.
Sebelum acara tersebut dilakukan, terlebih dahulu akan upacara 'bedah bumi' yang telah berlangsung tanggal 16 Oktober 2010, yang ditandai dengan tahlilan yang dipimpin oleh oleh Kepala Rumah Tangga Astana Giribangun Sukirno. Dalam acara ini selain ditandai dengan tahlilan juga dilakukan selamatan kendurenan dengan berbagai macam makanan. Dalam bedah bumi ini untuk memasang kijing.
"Sebagai orang Jawa kalau mau pasang kijing bertepan dengan 1.000 hari harus dilakukan bedah bumi. Jadi untuk bedah bumi itu dilakukan dua kali pertama saat akan dimakamkan dan kedua mau di pasang kijing," katanya.
Dalam tahlilan di Astana Giribangun juga akan ditandai pelepasan sepasang burung dara." Untuk pelepasan ini mengandung maksud melapas hubungan arwah dengan manusia".
Untuk batu kijing diambilkan dari batu marmer Tulung Agung, Jawa Timur, dan semuanya tidak ada yang istimewa. Puncak acara akan berlangsung Jumat (22/10) yaitu pemasangan batu nisan yang dihadiri oleh semua keluarga mantan Presiden Soeharto.