Kamis 07 Oct 2010 22:26 WIB

Tangkal Bioterorisme, Karantina Gandeng PT Pos

Rep: EH Ismail/ Red: Budi Raharjo
Logo PT Pos Indonesia
Logo PT Pos Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Perdagangan bebas telah meruntuhkan batas-batas geografi antarnegara di dunia. Transaksi perdagangan pun dilakukan secara sporadis dengan tidak lagi mengdikotomikan negara tujuan dan negara asal komoditas.

Para pengusaha global kini dengan leluasa bisa menjajakan barang dagangannya ke lintas negara tanpa terbebani aturan yang membatasi gerak mereka. Bila dipandang dari aspek ekonomi, perdagangan bebas tentu saja mempunyai dampak positif terhadap perkembangan ekonomi sebuah bangsa. Namun demikian, seiring dengan dampak positif tersebut, perdagangan bebas juga mengandung risiko yang cukup tinggi terkait bioterorisme.

Pengusaha bisa saja tidak mempertimbangkan segi kesehatan serta keamanan komoditas dagangannya dan semata mengejar target keuntungan material. Dalam konteks ini, keberadaan Badan Karantina Pertanian menjadi sangat vital guna mencegah terjadinya serangan bioterorisme ke dalam negeri.

Guna menangkal risiko bioterorisme tersebut, Badan Karantina Pertanian mengadakan kerja sama dengan PT Pos Indonesia dan Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo) menyangkut optimalisasi pengawasan terhadap komoditas perdagangan global.

Kepala Bagian Kerja Sama dan Humas Badan Karantina Pertanian, Antarjo Dikin, mengatakan, kerja sama menyepakati pelaksanaan tindakan karantina terhadap barang impor, ekspor, dan antar area yang dikirim melalui pos atau jasa titipan.

“Ketiga pihak sepakat bersama-sama mengawasi media pembawa Hama Penyakit  Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK),” ujar Antarjo melalui sambungan telepon kepada Republika, Kamis (7/10).

Antarjo melanjutkan, agen hayati atau senjata biologis sangat memungkinkan dikemas dan dikirim melalui jasa pengiriman barang atau dokumen. Media pembawa agen hayati berbahaya yang selama ini diwaspadai Badan Karantina meliputi tiga mikroorganisme, yakni virus, bakteri, dan fungi.

Beberapa mikroorganisme yang sering digunakan, lanjut Antarjo, adalah Bacillus anthraxis (bisa menyerang hewan dan manusia), smallpox virus, highly pathogenic avian influenza virus, salmonella thypi, clostridi-um botulinum, dan microcyclus uki. “Semua ini sangat sulit ditangkal bila kita tidak cermat dan seksama melakukan pengawasan dan karantina,” imbuhnya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement