REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Polri melakukan razia preman di seluruh wilayah Indonesia secara tertutup, guna memberikan rasa aman kepada masyarakat.
"Razia preman sudah mulai lakukan, tetapi secara tertutup tidak dengan cara terbuka takut akan kabur sasarannya," kata Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Polri, Komisaris Jenderal Pol Ito Sumardi di Jakarta, Jumat.
Ia menjelaskan yang dilakukan adalah razia preman bukan "sweeping" yang konotasinya dikalangan masyarakat masih dianggap jelek, hal itu dilakukan sebagai salah satu cara untuk penangganan masalah preman. "Preman itu adalah orang-orang yang nggak punya kerjaan, yang mencari duitnya dengan berbagai cara melakukan tindakan kejahatan seperti menakut-nakuti masyarakat," katanya.
Sementara itu, hukuman yang diberikan belum bisa menimbulkan efek jera, sehingga banyak yang mengulang perbuatannya. Polri, saat ini terus meningkatkan operasi terhadap preman di berbagai wilayah, terutama terhadap mereka yang membawa senjata tajam dan senjata api yang dapat meresahkan masyarakat.
Seperti diketahui pada Rabu (29/9), dua kelompok massa terlibat bentrokan saat akan berlangsungnya sidang kasus penganiayaan di tempat hiburan Blowfish yang digelar di PN Jakarta Selatan, Jl Ampera Raya.
Mendadak sekelompok massa datang dan menyerang kelompok massa lainnya yang sudah berada di halaman pengadilan. Kedua kelompok massa tersebut bentrok di Jalan Ampera di depan gedung PN Jakarta Selatan.
Bentrokan massal itu menewaskan tiga orang dan melukai sembilan orang lainnya, serta tiga anggota polisi yang terkena peluru nyasar.
Ketiga anggota Polri itu yakni Kapolres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Pol Gatot Edy Pramono, Ajun Komisaris Lambua dan Briptu Gerhana (ajudan Kapolrestro Jakarta Selatan).
Polda Metro Jaya beserta jajarannya berusaha mengungkap insiden perkelahian massal itu, termasuk pelaku tawuran, penganiaya maupun salah seorang kelompok yang memegang senjata api dan menetapkan satu tersangka berinisial S terkait kerusuhan antarkelompok di Jalan Ampera.