Rabu 25 Aug 2010 22:26 WIB

Tim Seven Summits Pulang ke Tanah Air

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tim 7 Summits Expedition atau tim ekspedisi tujuh puncak dunia kembali ke Tanah Air setelah mengibarkan bendera Merah Putih di Puncak Kilimanjaro (5.895 mdpl) Tanzania dan Puncak Elbrus (5.642 mdpl) Rusia. Berdasarkan informasi dari Wanadri, seluruh pendaki yang terdiri atas 10 orang itu dijadwalkan tiba di Bandara Soekarno Hatta Jakarta, Rabu (25/8), menggunakan penerbangan Turkish Air dengan nomor TK 0066 pukul 18.55 WIB.

Sepuluh pendaki itu adalah Ardhesir Yaftebbi, Iwan Irawan, Martin Rimbawan, Fajri Al Luthfi, Gina Afriani, Nurhuda, satu pendaki senior Wanadri dan tiga orang dari media yaitu Bambang Hamid dan Popo Nurakhman (Metro TV) serta Ambrosius (Kompas).

Dengan suksesnya seluruh pendaki mencapai Puncak Kilimanjaro tanggal 1 Agustus dan Puncak Elbrus pada tanggal 19 Agustus berarti mereka telah menyelesaikan tiga dari tujuh puncak yang harus didaki oleh Tim 7 Summits Expedition. Sebelumnya tepat pada Hari Bumi tanggal 22 Apri 2010, tim pendaki yang didominasi pendaki muda telah mampu mencapai Puncak Ndugu-Ndugu (4.884 mdpl) di Papua, Indonesia.

Sebagaimana diketahui Tim Ekspedisi 7 Summits saat melakukan pendakian ke Puncak Kilimanjaro mengalami kendala salah satunya adalah Gina Afriani, satu-satunya pendaki putri sempat terserang penyakit ketinggian. Padahal, jarak tempat ia berdiri dengan puncak Uhuru hanya tinggal 250 meter lagi.

Kegagalan di pendakian pertama menuju Puncak Kilimanjaro tidak membuat Gina patah arang. Dua hari berselang, tepatnya Selasa, 3 Agustus 2010, Gina dan Hendricus Mutter (salah seorang pendaki senior Wanadri) kembali melakukan pendakian. Kali ini, Gina berhasil berdiri tegak di puncak tertinggi Benua Hitam tersebut.

Setelah sukses mendaki Puncak Kilamanjaro seluruh tim langsung bertolak menuju puncak ketiga yaitu Gunung Elbrus di Moscow, Rusia. Selama berada di ibu kota Rusia tersebut, tim "disuguhi" asap dan kabut tebal akibat kebakaran hutan yang tengah melanda Rusia. Hawa di Moscow bahkan mencapai 39 derajat Celsius.

Sebelum memulai pendakian ke Gunung Elbrus, tim terlebih dahulu mengikuti pembekalan berupa "ice and snow climbing course" yang dipandu pelatih dari Alpindustria di area Kashkatash Glacier. Latihan pemanjatan di es yang juga melatih kebiasaan para pendaki dengan peralatan pendakian es, seperti crampon, dan ski pole, itu memakan waktu selama tiga hari.

Awalnya, tim dijadwalkan tiba di puncak Elbrus tepat pada HUT ke-65 Republik Indonesia. Tidak hanya mengibarkan Merah Putih, tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia bahkan berencana melakukan siaran langsung peringatan HUT RI dari titik tertinggi Eropa itu. Namun, perjalanan menggapai puncak Elbrus tanggal 17 Agustus harus terhenti akibat cuaca buruk.

"Cuaca cerah saat pendakian dimulai. Hanya angin yang bertiup sedikit kencang. Namun cuaca makin buruk. Angin bertiup sangat kencang, hingga hujan salju berubah menjadi badai salju," kata salah satu pendaki Bambang Hamid dalam laporannya. Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama 10 jam tepatnya tanggal 19 Agustus, tim ekspedisi mampu menancapkan Bendera Merah Putih di puncak tertinggi di Eropa itu.

Saat ini tim ekspedisi masih menyisakan empat puncak yang harus didaki yaitu Aconcagua (6.962 mdpl) di Argentina yang mewakili wilayah Amerika Selatan, Denali atau McKinley (6.194 mdpl) di Alaska mewakili Amerika Utara, Vinson Massif (4.897 mdpl) yang mewakili area Kutub Selatan, dan terakhir, Sagarmatha atau Everest (8.848 mdpl) di Nepal, yang juga merupakan atap tertinggi dunia.

Rangkaian pendakian tujuh puncak tertinggi dunia tentu tak akan berhasil tanpa dukungan dari berbagai pihak. Termasuk, pihak-pihak sponsor seperti Pertamina, Telkomsel, Tugu Pratama, Eiger dan Pointrek, serta rekanan media dari Kompas, Antara serta Metro TV.

sumber : Ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement