REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--International Atomic Energy Agency (IAEA) atau badan energi atom dunia di bawah naungan PBB menilai Indonesia sudah siap memiliki energi bertenaga nuklir. ''Penegasan itu dikemukakan pada November 2009,'' ungkap Deputi Bidang Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Iptek Nuklir BATAN, Dr Taswanda Taryo, di kampus ITS Surabaya, Rabu (28/7).
Ia mengemukakan hal itu setelah berbicara dalam seminar tentang "Teknologi dan Keselamatan PLTN" yang menampilkan Prof Mukhtasor PhD dari Dewan Energi Nasional (DEN) dan Ian Love dari Atomic Energy of Canada Limited (AECL). Menurut Taswanda, penilaian badan energi atom dunia itu menunjukkan Indonesia lebih memiliki kesiapan dalam energi nuklir dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
''Penilaian IAEA itu meliputi empat kesiapan yakni sumber daya manusia, pemangku kepentingan, industri, dan regulasi, karena kami (BATAN) memang sudah melakukan serangkaian penelitian sejak tahun 1980-an,'' jelasnya.
Dengan penilaian itu, katanya, Indonesia sudah harus memasuki fase yang lebih nyata yakni proyek nuklir itu sendiri. ''UU 17/2007 sudah mengamanatkan adanya pemanfaatan nuklir di Indonesia pada kurun waktu 2015-2019, sehingga paling lambat kita sudah memiliki PLTN pada tahun 2019,'' katanya.
Oleh karena itu, pihaknya membentuk 'BATAN Incorporation' yang melibatkan pemangku kepentingan seperti BATAN, ESDM, Kemristek, LIPI, PLN, KLH, Kementerian Perindustrian, dan sebagainya. ''Mereka tergabung dalam Tim Pengembangan PLTN yang akan menentukan proyek PLTN secara teknis, seperti menentukan industri sebagai pemilik, teknologi, lokasi, perizinan, dan sebagainya,'' jelasnya.