Jumat 09 Jul 2010 07:17 WIB

BNP2TKI: Jerman Butuh 7.000 Perawat

Rep: M Imam Baihaki/ Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kebutuhan tenaga kerja Indonesia (TKI) formal semakin meningkat. Baru-baru ini, Pemerintah Jerman menyatakan, pihaknya membutuhkan 7.000 perawat.

Kepala Badan Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI), Jumhur Hidayat mengatakan hal itu dalam diskusi dengan anak-anak SMA di Gedung Sinema, Jakarta, Kamis (8/7) malam. Tak hanya Jerman, negara-negara lain juga membutuhkan tenaga perawat asal Indonesia.

Jumhur mengatakan, Duta besar Jerman telah melayangkan surat secara resmi kepada dirinya. Namun 7.000 perawat itu tidak hanya didatangkan dari Indonesia. "Indonesia menjadi salah satu negara alternatif," katanya.

Menanggapi permintaan itu, kata Jumhur, pihaknya mengaku optimistis. "Kalau bisa 7.000 kenapa tidak," ujarnya kepada wartawan.

Namun permintaan itu juga harus dibarengi dengan peningkatan kualitas. Sebelumnya, Indonesia pernah mengirim 208 TKI perawat ke Jepang. Namun setelah mengikuti berbagai tes, hanya ada dua perawat yang lolos. Tes itu Diikuti oleh 208 TKI perawat yang dikirim oleh BNP2TKI pada 2008. Selama dua tahun mereka bekerja di rumah sakit Jepang dan pada awal 2010 lalu mengikuti tes persamaan.

Jumhur beralasan, kegagalan para perawat Indonesia di Jepang bukan karena kualitas. "Mereka tidak memiliki waktu istirahat yang cukup untuk belajar menghadapi tes," keluhnya.

Setiap harinya, para TKI perawat di Jepang bekerja delapan jam tanpa libur. Beruntung bagi dua TKI perawat yang lulus. Keduanya memperoleh hak cuti dari rumah sakit tempatnya bekerja.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Penempatan TKI BNP2TKI, Ade Adam Noch mengatakan porsi pengiriman TKI sangatlah besar. Selain Jepang dan Jerman, terdapat negara-negara lain yang berpotensi sebagai negara penempatan. Di antaranya adalah Korea, Taiwan, dan negara-negara di Timur Tengah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement