Selasa 22 Jun 2010 17:10 WIB

Klarifikasi Tifatul Soal Istilah Mirip Isa AS

Red: irf
Tifatul Sembiring
Foto: Amin Madani/Republika
Tifatul Sembiring

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pada hari Kamis 17/06/2010 pagi di adakan sebuah pertemuan di Kantor Kemenkominfo yang dihadiri oleh Ketua Dewan Pers Bagir Manan, Wakabareskrim Dikdik, Pak Ramli dari KemenKumHam, dan perwakilan Menteri PP dan PA dengan para penyelenggara ISP, dalam rangka mengajak para ISP untuk meminimalisasi penyebaran pornografi di internet.

Dalam pertemuan tersebut saya meminta pihak Kepolisian agar segera menuntaskan kasus video porno agar istilah mirip-mirip ini dapat jadi clear (jelas). Agar masyarakat tidak terombang ambing. Tanpa kejelasan, persoalan ini akan terus menggantung. Dan jika soal mirip-mirip ini tak dapat ditegaskan berdasarkan penyelidikan aparat hukum, maka ini dapat menghabiskan energi masyarakat ketika banyak persoalan lain yang tak kalah penting perlu mendapat perhatian dari seluruh bangsa.

Berkait dengan isitlah 'mirip' ini, tanpa berpretensi apa-apa saya sampaikan dalam forum, ada pelajaran dari sejarah yang juga menjadi pengetahuan kita bersama, bahwa di mana umat Islam meyakini bukan Nabi Isa AS yang disalib, melainkan seseorang yang mirip Nabi Isa-lah yang disalib. Sementara ummat Nasrani meyakini bahwa Yesus-lah yg disalib.

Dengan tidak bermaksud mengaitkan aspek teologi, soal mirip-mirp ini ternyata berimplikasi panjang dalam sejarah. Ungkapan saya adalah fakta sejarah yang netral-netral saja dan benar adanya. Saya tidak pernah mengaitkan Video Porno dengan kedua tokoh tersebut. Kemudian di RMOL 17/06/2010 muncul sebuah tulisan yang sangat menggelitik dengan judul, 'Ngebet Buka Topeng Ariel Cs, Tifatul Bawa2 Nabi Isa dan Yesus'. Tulisan Zul Hidayat Siregar.

Namun tulisannya memuat isi yang kurang lengkap dari penjelasan saya pada saat pertemuan dimaksud. Kontrovesi ini semakin menjadi setelah tersebarnya polemik hanya berdasar judul artikel tanpa penjelasan mendalam yang sangat berpeluang menimbulkan kesalahpahaman bagi khalayak. Terimakasih atas kemaklumannya dan mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Semoga menjadi pembelajaran berharga bagi seluruh pihak, termasuk untuk saya pribadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement