REPUBLIKA.CO.ID, SOLO--Teroris dinilai tidak terbentuk secara serta merta dari kelompok masyarakat awam. Pangdam IV/Diponegoro Jawa Tengah, Mayjen TNI Budiman mengatakan mereka berasal dari kelompok orang termarginal yang menuntut hak.
"Karena kemiskinan dan kebodohan, mereka berteriak di luar batas toleransi," ujarnya saat melakukan kunjungan kerja di Markas Kodim Solo, Kamis (27/5). Lantaran berasal dari kelompok marginal, ujarnya, tugas mengantisipasi terorisme tak bisa hanya mengandalkan petugas keamanan negara seperti kepolisian dan Tentara Negara Indonesia (TNI).
Semua elemen masyarakat, diharapkannya dapat bekerja sama dengan petugas pengamanan untuk mengatasi terorisme. "Sistem pengamanan dari polisi dan TNI sudah diatur undang-undang, tapi mengatasinya juga harus dilakukan seluruh elemen masyarakat. Dari masyarakat bawah hingga level pemerintah, semua harus siap," jelasnya.
Dukungan dari masyarakat, dinilainya, dapat dilakukan dengan mengembalikan sistem keamanan lingkungan. Dikatakannya, sistem wajib lapor harusnya dipatuhi masyarakat ketika ada warga tak dikenal yang masuk ke lingkungan. "Masyarakat bersama dengan kepolisian nantinya bisa bekerjasama untuk menjaga lingkungan sekitar, " ujarnya.
Hal yang sama, kata dia, dapat dilakukan di lingkungan kampus. Menanggapi lingkungan kampus mulai disusupi terduga teroris, Budiman mengharapkan hal tersebut diatasi semua warga kampus. Mahasiswa dan dosen dapat bekerja sama dalam mengatasi timbulnya benih-benih teroris di dalam lingkungan kampus.