Kamis 20 May 2010 01:28 WIB

Penyelundup "Tergoda" Mahalnya Harga Narkoba di Indonesia

Rep: c29/ Red: Siwi Tri Puji B
ilustrasi
Foto: .
ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Penyelundupan narkotika terjadi karena harga narkotika di Indonesia mahal. Sebagai contoh, kata Deputi Pemberantasan Narkoba BNN, Tommy Sagiman, 1 kg shabu di Indonesia dijual seharga Rp 2 miliar, sedangkan di Iran hanya ratusan juta rupiah. “Karena itu mereka mengincar Indonesia,” katanya.

Dia menerangkan sebelum narkotika diselundupkan, sindikat narkotika akan mengirim tim khusus pemantau situasi pengamanan bandara udara. Kalau tim mengatakan siap maka sindikat akan mengirimkan sejumlah kurir.

Hingga saat ini, BNN mengungkap jaringan narkotika dari kalangan Tionghoa dan Afrika Barat. Mereka berasal dari Cina, Taiwan, Malaysia, dan Nigeria. Jaringan narkotika India juga baru-baru ini terungkap. Mereka berasal dari Delhi, Mumbai, dan Hiderabat.

“Terkadang mereka juga masuk melalui jalur darat melewati perbatasan Intikong, Kalimantan,” ujar Tommy. Dia mengatakan wilayah perbatasan itu akan diperketat dengan puluhan anjing pelacak.

Deputi Direktur Bidang Pemberantasan mengatakan tindakan tersebut bukanlah diskriminasi pendatang dari negeri jiran. “Di negeri lain, warga kita juga diperlakukan begitu. Ini memang standar operasional kita,” ungkapnya.

Kepala BNN, Gories Mere, mengatakan munculnya jaringan narkotika internasional juga disebabkan banyak pabrik narkotika di Indonesia dimusnahkan. “Akhirnya bahan baku bahkan narkotika dari luar negeri siap pakai didatangkan ke Indonesia,” ungkapnya.

BNN akan menyidik dan menyelidik penyelundup Narkotika. “Ini wewenang baru kita,” ungkapnya setelah melantik 160 pejabat BNN baru. Wewenang tersebut muncul setelah perpres nomor 23 tahun 2010 keluar bulan lalu.

Pihaknya akan berkoordinasi dengan Polri dan instansi terkait demi memusnahkan jaringan penyelundupan narkotika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement