JAKARTA—May day..may day..may day.. Sandi yang biasa digunakan pilot dalam kondisi darurat tersebut menggema dari gedung DPR. Tapi kondisi darurat yang tengah dilantunkan anggota DPR tersebut sama sekali tak terkait nasib buruh yang hari ini tengah ‘merayakan hari raya’-nya.
Di saat ribuan buruh turun ke jalan untuk meneriakkan tuntutan hak-haknya, sejumlah anggota DPR mengeluhkan tentang kondisi gedung kerja mereka, terutama gedung Nusantara I di kompleks perkantoran DPR, Senayan.
Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar, Yorrys Raweyai, mengatakan, kondisi gedung Nusantara I DPR saat ini sudah tidak mampu lagi menampung beban 560 anggota dewan plus sekitar dua ribu karyawan yang ada. “Gedung DPR sudah overload dan sudah tua sehingga perlu dibangun gedung baru,” ujar Yorrys yang juga anggota Badan Anggaran DPR, di gedung Nusantara I, Sabtu (1/5).
Menurut Yorrys, gedung Nusantara I merupakan bangunan lama yang dibangun 30 tahun silam. Mulanya, Nusantara I adalah gedung bertingkat 16 dengan sekat-sekat ruangan untuk kantor kerja masing-masing anggota DPR.
Beberapa tahun lalu, saat jumlah staf anggota DPR semakin banyak dan karyawan pun terus bertambah, gedung Nusantara I direnovasi dengan penambahan tujuh lantai.
Walaupun demikian, kata Yorrys, gedung bertingkat 22 tersebut sejatinya hanya bisa menampung sekitar 1.800 orang plus barang-barang peralatan kantor. “Nah, sekarang ini jumlah penghuni gedung ditambah karyawan termasuk ofice boy sudah tiga ribu orang lebih.” Dengan alasan itu, Yorrys menegaskan, sudah saatnya DPR mempunyai gedung baru yang dibangun di kawasan kompleks perkantoran DPR.
Dikatakan, sebenarnya DPR melalui Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) pernah mengusulkan penambahan lantai guna meningkatkan kapasitas gedung. Namun sejumlah konsultan profesional yang diminta untuk melakukan analisis bangunan, tidak ada yang merekomendasikan penambahan gedung. Alasannya, gedung sudah tua dan pondasi-pondasi bangunan sudah tidak memungkinkan untuk penambahan lantai baru.
“Mereka semua hands up. Dan katanya risiko gedung ini juga tinggi karena sudah miring tujuh derajat. Satu kali gempa lagi, mungkin bisa ada PAW (Pergantian Antar Waktu) massal di DPR,” ucap Yorrys.
Anggota Badan Anggaran dari Fraksi Partai Hanura, Erik Satrya Wardhana, menambahkan, peristiwa gempa yang mengguncang Jakarta beberapa waktu lalu juga telah menyebabkan sejumlah bangunan gedung retak-retak. “Saya menghuni lantai 16, itu dindingnya kemarin ada yang baru ditambal karena retak waktu gempa.”
Erik mengaku agak khawatir dengan keselamatan dirinya bila terus-menerus menghuni gedung dengan risiko kerobohan yang tinggi. “Memang kalau maut itu dimana saja, saya tidak takut. Tapi memang untuk membuat gedung baru itu sudah mendesak, asal kinerja anggota DPR juga wajib meningkat,” katanya.
Kepala Badan Anggaran DPR, Harry Azhar Aziz, menyatakan, Badan Anggaran sudah mengalokasikan anggaran Rp 1,8 triliun untuk pembangunan gedung baru DPR. “Anggaran itu untuk pembangunan gedung selama dua atau tiga tahun. Tahun ini anggarannya Rp 250 miliar untuk konsultan dan desain,” tandas Harry. EH Ismail