Sabtu 04 Feb 2023 05:45 WIB

Deputi BRIN Jelaskan Alasan Hendak Matikan Reaktor Nuklir di Bandung

Indonesia tertinggal 20 tahun dalam fokus riset nuklir dibandingkan dengan Thailand.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Erik Purnama Putra
BRIN mengusulkan Reaktor Triga-2000 Bandung dinoaktifkan.
Foto: Dok BRIN
BRIN mengusulkan Reaktor Triga-2000 Bandung dinoaktifkan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berniat untuk menonaktifkan Reaktor Triga-2000 yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN, Yan Rianto, menjelaskan, penonaktifan reaktor riset pertama Indonesia itu dilakukan akibat terjadinya duplikasi fungsi dengan reaktor lain yang lebih muda dan besar.

"Reaktor Bandung dan Serpong memiliki fungsi yang sama, sehingga ada duplikasi. Oleh sebab itu untuk keperluan riset dapat disupport dari reaktor di Serpong, sesuai dengan program riset dari Organisasi Riset (OR) Tenaga Nuklir," ujar Yan kepada Republika.co.id di Jakarta, Jumat (3/2/2023) malam WIB.

Yan menerangkan, saat ini, BRIN mengoperasikan tiga reaktor, yakni di Bandung, Serpong, dan Yogyakarta. Reaktor Triga 2000 dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan radioisotop. Menurut Yan, fungsi serupa juga dimiliki reaktor di Serpong. Sementara reaktor di Yogyakarta, sambung dia, diperuntukkan khususnya untuk kebutuhan pendidikan.

Baca: Beredar Surat BRIN Matikan Reaktor Nuklir di Bandung

"Saya menganalogikan reaktor Bandung dan Serpong itu seperti kita punya dua mobil, yang satu kecil dan sudah sangat tua bisa tetap berjalan, yakni di Bandung, satu lagi lebih besar, lebih muda dengan fungsi sama dengan di Bandung. Mengapa harus menjalankan dua yang sebenarnya cukup satu?" kata Yan.

Alasan lainnya, jelas dia, Indonesia sangat tertinggal dalam hal fokus riset nuklir selain pembangkit, seperti riset nuklir di akselerator, synchrotron, dan lainnya. Bahkan untuk synchrotron, Indonesia tertinggal 20 tahun jika dibandingkan dengan negara tetangga, yakni Thailand.

"Mempertimbangkan hal-hal di atas, saat ini BRIN mulai memasuki riset-riset ketenaganukliran berbasis akselerator dan synchrotron dalam jangka panjang. Hal ini dilakukan untuk mengejar ketinggalan di bidang tersebut," jelas Yan.

Baca: BRIN Pasuruan Pamit karena Bubar

Dia menuturkan, saat ini, BRIN sedang melakukan proses perencanaan dan pengadaan accelerator mass spectrosscopy (AMS) untuk aplikasi di bidang arkeologi, material science, dan lain-lain. Menurut dia, selama ini, Indonesia tidak memiliki alat seperti itu.

Dengan melakukan efisiensi untuk menekan hal-hal yang bisa dioptimalkan, maka BRIN bisa mengadakan alat-alat baru. "Yang selama ini tidak bisa diadakan karena anggaran digunakaan untuk membiayai alat atau infrastruktur yang duplikasi. Saya percaya langkah ini akan jauh lebih banyak periset di indonesia yang akan memperoleh manfaat dan benefit," ujar Yan.

Sebelumnya, Koordinator Pelaksana Fungsi Reaktor Triga 2000, Abdul Rohim Iso Suwarso, mengatakan, kondisi terkini Reaktor Triga 2000 Bandung masih aktif. Saat ini, kondisi Reaktor Triga-2000 Bandung masih beroperasi untuk tujuan produksi radioisotop, iradiasi untuk tujuan penelitian, serta pendidikan.

"Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir tentang Perpanjangan Izin Operasi Reaktor Triga-2000 Bandung pada 29 Mei 2017, Reaktor dapat beroperasi dengan daya 1.000 kW hingga Juli 2027," jelas Iso pada medio Oktober 2022.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement