Rabu 12 Nov 2025 15:06 WIB

Respons Insiden Ledakan di SMAN 72, Gibran Ingatkan Sekolah Harus Jadi Ruang Aman dan Bebas Bullying

Guru mengingatkan guru dan orang tua untuk lebih peka terhadap kondisi anak-anak.

Rep: Muhammad Noor Alfian Choir/ Red: Mas Alamil Huda
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Foto: Antara/Mentari Dwi Gayati
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka menyoroti pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental dan pencegahan perundungan (bullying) di lingkungan sekolah. Hal tersebut menyusul insiden ledakan yang terjadi di SMAN 72 Jakarta beberapa waktu lalu.

Dalam arahannya di acara rapat koordinasi nasional percepatan penurunan stunting di kantor Kemenkes, Rabu (12/11/2025). Gibran menekankan bahwa sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi seluruh siswa. Ia mengingatkan para guru dan orang tua untuk lebih peka terhadap kondisi anak-anak, baik secara fisik maupun mental.

Baca Juga

“Dan Bapak-Ibu, ini saya titip pesan juga. Selain kesehatan fisik, kita juga perlu menjaga kesehatan mental. Sekolah itu harus menjadi tempat yang aman, nyaman bagi anak-anak kita. Dan juga tempat yang bebas bullying,” ujar Gibran.

Gibran menambahkan, upaya menciptakan lingkungan belajar yang sehat tidak hanya menjadi tanggung jawab pihak sekolah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat. “Saya titip Bapak-Ibu untuk kita semua saling menjaga, saling peka, dan juga saling mengingatkan agar kejadian-kejadian yang terjadi kemarin mungkin di salah satu SMA di Jakarta tidak terulang kembali,” katanya mengakhiri.

Sebelumnya, Aparat kepolisian menyatakan pelaku peledakan di SMAN 72 Jakarta pada Jumat (7/11/2025) merupakan salah satu siswa aktif sekolah tersebut. Namun, polisi belum mengungkap motif jelas pelaku melakukan aksi tersebut.

Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri mengatakan, polisi juga melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi terkait peristiwa tersebut, mulai dari siswa, guru, pelaku, hingga keluarganya. Dari keterangan para saksi, pelaku dikenal sebagai pribadi yang tertutup. Pelaku juga disebut jarang bergaul dan memiliki ketertarikan terhadap kekerasan ekstrim.

"ABH (anak berkonflik dengan hukum) yang terlibat di dalam kasus ledakan ini dikenal sebagai pribadi yang tertutup, jarang bergaul dan juga memiliki ketertarikan pada konten kekerasan serta hal-hal yang ektrem," kata dia saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (11/11/2025).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement