Jumat 31 Oct 2025 18:53 WIB

Mengapa UEA Disebut Berperan dalam Perang Sudan?

UEA disebut menfasilitasi dukungan Mossad untuk RSF.

Warga Sudan Selatan yang melarikan diri dari Sudan duduk di luar klinik nutrisi di pusat transit di Renk, Sudan Selatan, pada 16 Mei 2023.
Foto: AP Photo/Sam Mednick
Warga Sudan Selatan yang melarikan diri dari Sudan duduk di luar klinik nutrisi di pusat transit di Renk, Sudan Selatan, pada 16 Mei 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM – Meskipun Uni Emirat Arab (UEA) memberikan 70 juta dolar AS kepada badan-badan PBB untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang terjadi di Sudan, tudingan bahwa negara itu mendukung kelompok Pasukan Dukungan Cepat (RSF) bermunculan. Mengapa tudingan yang berulang kali disangkal pemerintah UEA tersebut mencuat?

Kabar soal dukungan UEA terhadap RSF sudah mengemuka sejak 2020, tak sampai setahun sejak pemimpin Sudan Omar al-Bashir digulingkan pada 2019. Pada Agustus 2020, media-media Arab dan Israel melaporkan kepala agen mata-mata Mossad bertemu dengan seorang pejabat senior Sudan dalam pertemuan yang diselenggarakan Uni Emirat Arab.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

RSF berkembang dari milisi Arab yang dikenal sebagai Janjaweed yang membantu tentara Sudan menumpas pemberontakan di Darfur pada tahun 2000-an.Kekuatan signifikan mereka membuat Israel menjalin hubungan untuk mengamankan rencana normalisasi hubungan dengan Sudan.

Penasihat keamanan nasional UEA Tahnoun bin Zayed Al Nahyan disebut mengatur pertemuan antara Yossi Cohen dan pemimpin RSF Mohammed Hamdan Dagalo. Saat itu, Dagalo yang juga dikenal dengan nama Hemedti masih menjabat wakil kepala dewan militer yang berkuasa di Sudan dan belum pecah kongsi dengan panglima militer Sudan (SAF) Abdul Fattah al-Burhan.

UEA kala itu berperan sebagai makelar normalisasi Israel-Sudan setelah sebelumnya bergabung dengan sejumlah negara Arab lainnya menjalin hubungan diplomasi dan dagang dengan Israel melalui Perjanjian Abraham. Pihak militer Sudan saat itu yang didekati untuk normalisasi karena kelompok sipil menolak.

photo
Pimpinan RSF Muhammad Hamdan Dagalo (tengah) menyapa massa di Negara Bagian Sungai Nil, Sudan, Sabtu, 13 Juli 2019. - ( AP Photo/Mahmoud Hjaj)

Pada November 2022, media Israel Haaretz mengungkapkan bahwa dengan koneksi UEA itu, RSF memperoleh teknologi pengawasan canggih Israel, diam-diam dikirim ke Khartoum melalui pesawat yang terhubung dengan mantan pejabat Mossad. 

Dengan alat-alat tersebut, RSF bisa mengimbangi bahkan mengungguli kekuatan SAF. Senjata-senjata itu juga jadi  modal penting Dagalo mencoba merebut kekuasaan dari al-Burhan.

Seiring eskalasi perang, pada 2023 pemerintah Sudan secara resmi menuding UEA mendukung RSF. Pada November 2023, Reuters melaporkan seorang jenderal penting Sudan mengatakan UEA mengirimkan pasokan ke RSF, dan secara terbuka menuduh UEA terlibat dalam perangnya dengan saingan paramiliternya yang kuat untuk pertama kalinya.

Para pemimpin militer sebelumnya hanya mengisyaratkan adanya campur tangan negara-negara tetangga yang tidak disebutkan namanya dalam pemberontakan RSF saat itu. 

“Kami mendapat informasi dari intelijen, intelijen militer, dan sirkuit diplomatik bahwa UEA mengirimkan pesawat untuk mendukung Janjaweed,” kata Jenderal Yassir al-Atta dalam pidatonya di hadapan anggota Badan Intelijen Umum di Omdurman, dalam sebuah video yang beredar di media sosial dan dilihat oleh Reuters.

photo
Warga Sudan yang melarikan diri dari kota el-Fasher, setelah pasukan paramiliter Sudan membunuh ratusan orang di wilayah barat Darfur, berkumpul di kamp mereka di Tawila, Sudan, Kamis, 30 Oktober 2025. - (AP Photo/Mohammed Abaker)

Atta mengatakan UEA telah menyalurkan pasokan senjata ke RSF melalui Uganda, Republik Afrika Tengah (CAR) dan Chad. Dukungan telah tiba minggu ini melalui bandara di ibu kota Chad, Ndjamena, setelah sebelumnya datang melalui Amdjarass, katanya.

“Kami memperingatkan negara mana pun yang berpartisipasi dalam mendukung pemberontakan ini bahwa apa yang terjadi akan terjadi,” kata Atta, disambut sorak-sorai para pejabat intelijen.

Sejak itu, UEA juga sudah melayangkan jawaban standar yang terus digunakan sampai sekarang. Kala itu seorang pejabat UEA mengatakan bahwa sejak awal perang, UEA “secara konsisten menyerukan deeskalasi, gencatan senjata, dan dimulainya dialog diplomatik” di Sudan.

UEA juga mengklaim sudah memberikan dukungan kemanusiaan untuk meringankan krisis kemanusiaan di Sudan dan negara-negara tetangga, termasuk melalui rumah sakit lapangan yang didirikan di kota Amdjarass di Chad pada bulan Juli, kata pejabat itu.

Komentar tersebut muncul setelah RSF mendapatkan momentum dalam perang tersebut, dengan mengusir tentara dari empat negara bagian di wilayah Darfur. RSF dengan cepat menguasai sebagian besar ibu kota, Khartoum, segera setelah dimulainya perang.

Saksi mata mengatakan RSF telah menggunakan drone dan artileri yang lebih canggih dibandingkan pada awal konflik. Sumber RSF mengatakan pasukan menyita persenjataan dari pangkalan militer.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement