REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Armada bantuan internasional Global Sumud Flotilla mulai mendekati Jalur Gaza dalam upaya menembus blokade Israel terhadap wilayah kantong Palestina. Menurut keterangan penyelenggara pada Senin (29/9/2025) armada mereka kini hanya berjarak 570 kilometer dari Gaza.
"Kami berada hanya 570 kilometer dari Gaza," sebut Komite Internasional untuk Menembus Pengepungan Gaza pada media sosial AS, X.
Salah satu aktivis Italia yang ikut serta dalam Global Sumud Flotilla, Tony La Piccirella, menyatakan lewat video bahwa mereka akan tiba pada Selasa di titik kapal Madleen dan Handala dicegat angkatan laut Israel, dalam upaya sebelumnya untuk menembus Gaza dan memberikan bantuan.
Sekelompok aktivis yang bergabung dengan Global Sumud Flotilla, berangkat dari Mediterania pada Senin, dan dua kapal lagi bergabung dari wilayah Pemerintah Siprus Yunani dan Turki. Kapal terbesar armada tersebut akan berlayar pada Selasa dengan 100 orang di dalamnya, kata aktivis tersebut.
La Piccirella mengatakan selain kapal angkatan laut Italia dan Spanyol yang memberikan perlindungan bagi armada tersebut, tiga negara lainnya sedang mempertimbangkan untuk mengirimkan lebih banyak kapal militer, tanpa mengungkapkan nama-nama negara tersebut.
"Jadi, ini semakin besar. Dan ini bukan tentang kita, ini tentang Global Sumud Flotilla. Ini seperti sebuah gerakan yang melibatkan ratusan orang di laut dan jutaan orang di darat, dan ini tak terhentikan sampai pengepungan dipatahkan," ujarnya.

Global Sumud Flotilla, yang terdiri dari sekitar 50 kapal, berlayar awal bulan ini untuk menembus blokade Israel di Gaza dan mengirimkan bantuan kemanusiaan, khususnya pasokan medis, ke wilayah kantong yang dilanda perang tersebut.
Pada 26 Juli, pasukan angkatan laut Israel mencegat kapal bantuan Handala saat mendekati pantai Gaza dan mengawalnya ke Pelabuhan Ashdod. Kapal tersebut telah mencapai sekitar 70 mil laut dari Gaza, melampaui jarak yang ditempuh oleh Madleen, yang mencapai 110 mil dari Gaza sebelum dihentikan.
Sejak 2 Maret, Israel telah menutup sepenuhnya perlintasan Gaza, memblokir konvoi makanan dan bantuan, serta memperparah kondisi kelaparan di wilayah kantong Palestina tersebut.
Tentara Israel telah menewaskan lebih dari 66.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, di Gaza sejak Oktober 2023. Pengeboman yang tak henti-hentinya telah membuat wilayah kantong tersebut tidak layak huni dan menyebabkan kelaparan serta penyebaran penyakit.