Ahad 21 Sep 2025 10:56 WIB

Ini Sosok Profesor China yang Berani Debat Sengiit dan Marahi Perwira Militer Israel

Xuetong mempertanyakan langkah-langkah Israel yang dengan kejil membunuh warga sipil

Serangan Israel menyasar mobil berisi warga Gaza yang mengungsi dari Kota Gaza menuju selatan, Selasa (17/9/2025).
Foto: Dok Republika
Serangan Israel menyasar mobil berisi warga Gaza yang mengungsi dari Kota Gaza menuju selatan, Selasa (17/9/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sosok Ilmuwan China Yan Xuetong menarik perhatian publik internasional baru-baru ini. Dekan Institut Hubungan Internasional di Universitas Tsinghua, dengan berani berdebat dan memarahi perwira Israel Elad Shoshan tentang apa yang dilakukan oleh Zionis di Jalur gaza.

Xuetong mempertanyakan langkah-langkah Israel yang dengan kejil membunuh warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.

Baca Juga

"Militer kalian seharusnya [menembak] teroris. Bukan anak-anak! Bukan perempuan! Ketika [kalian] menembak perempuan dan anak-anak, kalian kehilangan legitimasi untuk melakukan tindakan apa pun [karena] alasan itu," kata Yan dalam video tersebut.

Profesor tersebut menggunakan analogi perampokan bank, bertanya kepada Shoshan apakah polisi harus menembak karyawan dan nasabah bank untuk menangkap para penjahat.

Debat sengit di antar keduanya terjadi di sela-sela forum tahunan Xiangshan di Beijing pada Rabu lalu.

Shoshan, yang bersama delegasi Israel di forum keamanan, membantah klaim Yan bahwa lebih dari 70.000 warga sipil dibunuh oleh Israel dalam perang di Gaza. "Kami benar-benar melakukan semua yang kami bisa untuk tidak melukai warga," katanya, menurut klip tersebut.

"Faktanya bukan kalian yang memutuskan. Faktanya ditentukan oleh komunitas internasional," kata Yan kepada delegasi Israel.

Atase militer Israel di Beijing itu berdalih bahwa apa yang mereka lakukan adalah untuk memburu Hamas, dan meminimalisir korban warga sipil.

Lantas siapa sebenarnya Yan Xuetong?

Yan Xuetong merupakan profesor terkemuka di Universitas Tsinghua dan anggota luar negari dari Akademi Sains Rusia. Beliau menjabat sebagai Dekan Institut Hubungan Internasional di Universitas Tsinghua dan Sekretaris Jenderal Forum Perdamaian Dunia.

Xuetong meraih gelar Ph.D. dari University of California, Berkeley pada 1992 dan dinobatkan sebagai salah satu dari 100 intelektual publik terbaik dunia oleh jurnal Amerika Foreign Policy pada tahun 2008.

Beliau adalah pendiri realisme moral HI dan satu-satunya ilmuwan politik Tiongkok yang terdaftar dalam daftar peneliti Tiongkok paling banyak dikutip oleh Elsevier selama periode 2014-2019. Beberapa bukunya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jepang, Korea, Hindi, Persia, dan Albania.

Salah satu pandangan akademis utamanya yakni "Menekankan kepentingan nasional realis sebagai titik awal"

Analisis Kepentingan Nasional Tiongkok yang diterbitkan pada 1997 merupakan karya pertama tentang kepentingan nasional Tiongkok. Karya ini mengungkapkan bahwa kepentingan nasional adalah kepentingan yang dianut oleh kelas penguasa dan kelas yang diperintah. Oleh sebab itu, kepentingan nasional tidak memiliki kelas. Karya ini juga menetapkan kerangka analitis untuk menilai prioritas kepentingan nasional melalui analisis utilitas. Hal ini memberikan landasan teoretis bagi transisi dari prinsip-prinsip ideologis ke prinsip kepentingan nasional dalam pembuatan kebijakan luar negeri Tiongkok.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Tuduhan Netanyahu 

Pada Senin, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Tiongkok memimpin blokade media terhadap negara yang mayoritas penduduknya Yahudi tersebut. Tudingan itu memicu reaksi keras dari Beijing, yang mengatakan bahwa mereka terkejut oleh retorika yang sama sekali tidak berdasar.

Berbicara di hadapan delegasi bipartisan yang terdiri dari 250 anggota parlemen negara bagian AS di Yerusalem pada Senin, Netanyahu mengatakan bahwa beberapa negara terlibat dalam serangan daring terhadap Israel.

"Salah satunya adalah Tiongkok, dan yang lainnya adalah Qatar," kata pemimpin Israel tersebut. "Mereka sedang mengorganisir serangan terhadap Israel, legitimasinya, di media sosial dunia Barat dan Amerika Serikat."

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement