REPUBLIKA.CO.ID, KUTAI KARTANEGARA, – Penerapan teknologi pertanian modern di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, telah meningkatkan hasil panen padi hingga mencapai 5 ton per hektare. Teknologi ini diterapkan di kawasan Bukit Biru dan melibatkan kelompok tani setempat, menurut Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, pada hari Minggu.
Penerapan teknologi modern ini termasuk Bio-Invigorasi, Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), dan digital farming yang merupakan program kolaborasi antara pemerintah dengan Bank Indonesia. "Saya sangat mengapresiasi prestasi pertanian di Kukar. Tidak heran jika Kukar menjadi juara terbaik ketiga nasional dalam indeks ketahanan pangan," kata Seno Aji.
Pemanfaatan teknologi seperti drone sprayer dan benih unggul telah terbukti meningkatkan hasil panen dan menekan biaya produksi. Ketua Kelompok Tani Tenggarong Seberang, Karsono, menyatakan bahwa penggunaan drone sprayer membuat pekerjaan lebih cepat dan hemat biaya dengan hasil panen yang lebih baik berkat benih Bio-Invigorasi.
Peningkatan Signifikan Hasil Panen
Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Hamka, menjelaskan adanya peningkatan signifikan hasil panen dari penerapan sistem demplot. Di Gapoktan Bukit Biru, hasil panen naik hingga 5,3 ton per hektare, sementara di Desa Suka Maju mencapai 7,23 ton per hektare, yang berarti peningkatan sekitar 74 persen.
Hamka menambahkan, pendampingan administrasi dan penerapan teknologi modern tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga membuka peluang pendapatan baru bagi petani. "Efek dari penerapan sistem ini akan memajukan pertanian ke depan sekaligus memperkuat ketahanan pangan di Kalimantan Timur,” ujarnya.
Para petani mengapresiasi dukungan Pemerintah Provinsi Kaltim dan Bank Indonesia yang telah memberikan edukasi dan dukungan sarana-prasarana. Mereka berharap agar program inovasi pertanian modern ini dapat berlanjut dan diperluas ke wilayah lain di Kaltim.
Konten ini diolah dengan bantuan AI.