REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG, – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menegaskan pentingnya kolaborasi pentahelix sebagai strategi utama dalam mengembangkan potensi sektor kopi di wilayahnya. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Joaz Oemboe Wanda, pada Kamis (11/9) di Kupang.

Pemerintah berkomitmen untuk bekerja sama dengan stakeholder terkait, mulai dari tahap hulu hingga hilir, dalam mengoptimalkan sektor kopi NTT. Menurut Joaz, pada tahun 2024, total areal kopi di NTT mencapai 75,873 hektare dengan produksi sebesar 24,162 ton.

Namun, produktivitas kopi masih rendah, yakni 0,46 ton per hektare, dibandingkan dengan potensi produksi yang dapat mencapai 1 ton per hari. Salah satu penyebabnya adalah populasi tanaman kopi yang sudah tua, sekitar 30 tahun, sehingga diperlukan peremajaan untuk meningkatkan produksi dan mutu.

Joaz menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor, atau pentahelix, yang melibatkan pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, dan media untuk menjamin keberlanjutan ekosistem kopi NTT. Pemerintah berkomitmen dalam hal peremajaan tanaman, intensifikasi, dan perluasan lahan.

Dalam lima tahun terakhir, Pemprov NTT telah menyediakan 18 unit pengolahan hasil (UPH) kopi di enam kabupaten produsen, yaitu Manggarai, Manggarai Timur, Manggarai Barat, Ngada, Ende, dan Alor. Joaz juga menyoroti pengembangan komunitas kopi di kalangan milenial NTT, seperti Komunitas Kopi NTT, yang memfasilitasi kegiatan promosi dan kompetisi untuk memberi nilai tambah.

Joaz mengapresiasi Bank Indonesia Provinsi NTT yang melalui Exotic Tenun Fest 2025 membuka ruang penguatan kolaborasi pentahelix. Ia juga mengajak generasi muda untuk mencintai kopi asli NTT melalui Gerakan Beli Produk NTT.

Konten ini diolah dengan bantuan AI.

Ikuti Whatsapp Channel Republika