REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR, – Otoritas Malaysia memproyeksikan pemanfaatan energi nuklir sebagai sumber energi baru dapat dimulai dalam 10 hingga 15 tahun ke depan. Langkah ini dilakukan setelah adanya kajian mendalam, sebagai bagian dari upaya memastikan pasokan energi yang aman di masa depan.
Wakil Perdana Menteri Datuk Seri Fadillah Yusof menyatakan bahwa beberapa negara ASEAN, termasuk Indonesia, Singapura, Vietnam, Filipina, Myanmar, dan Thailand, juga mempertimbangkan langkah serupa. "Pada dasarnya, mereka memutuskan untuk menggunakan energi nuklir sebagai salah satu sumbernya," ujarnya.
Pertemuan Menteri Energi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Korea Selatan baru-baru ini juga menegaskan bahwa nuklir merupakan salah satu opsi untuk memastikan pasokan energi bersih bagi negara-negara APEC.
Malaysia, dalam upaya untuk mendukung perkembangan ekonomi dan penyediaan energi bagi industri, terutama di sektor ekonomi digital seperti kecerdasan buatan dan pusat data, merasa penting untuk mempertimbangkan sumber energi yang aman dan berkelanjutan. Oleh karena itu, pemerintah kini juga mempertimbangkan energi nuklir sebagai salah satu solusinya.
Fadillah menyebutkan bahwa badan di bawah Kementerian Peralihan Tenaga dan Transformasi Air (PETRA) Malaysia, yakni MyPower, telah diberi tugas untuk melakukan studi tentang penggunaan energi nuklir sebagai energi alternatif. Dalam hal keselamatan, pembangkit listrik tenaga nuklir dari generasi kedua hingga ketiga menunjukkan perkembangan yang baik dalam hal teknologi, keselamatan, dan lingkungan, serta diterima secara global.
Konten ini diolah dengan bantuan AI.