Jumat 05 Sep 2025 08:33 WIB

Jika Pasukan Penjajah Menyerang Armada Sumud…

Pasukan khusus Israel Shayetet-13 biasanya dikerahkan menghalau kapal-kapal.

Relawan dari puluhan negara yang tergabung dalam Global Sumud Flotilla mengikuti Pelatihan Nonkekerasan dalam misi kemanusiaan Menembus Blokade Gaza di Gedung General Union of Tunisian Worker, Tunisia, Selasa (2/9/2025).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Relawan dari puluhan negara yang tergabung dalam Global Sumud Flotilla mengikuti Pelatihan Nonkekerasan dalam misi kemanusiaan Menembus Blokade Gaza di Gedung General Union of Tunisian Worker, Tunisia, Selasa (2/9/2025).

Laporan jurnalis Republika Bambang Noroyono dan Thoudy Badai dari Tunisia

REPUBLIKA.CO.ID, TUNISIA -- Gelap, lalu gaduh. Teriakan memaksa-maksa terdengar. "Sit down... sit down... sit down." Suasana yang mula hening berubah ngeri. Raung sirine kapal dan suara laut imitasi hilang. Diganti derap berantakan dari segerombolan orang-orang yang merangsek masuk. Mereka datang menyerang.

Baca Juga

Gerombolan itu membawa pentungan. Lars mereka terasa menendang ke bagian badan belakang. Bahkan hantaman pentungan terasa di kepala. Mereka memaki-maki, menarik semua relawan yang sedang berada di bangku-bangku anjungan. Lalu maksa semua menunduk, tiarap rata lantai.

Maki-maki penyerang berangsur hilang. Lampu dinyalakan. Semua kembali terang. Dan mata baru dapat melihat kursi-kursi yang berantakan. Semua orang dalam posisi yang tak normal. Sebagian masih tiarap. Menunduk menekuk lutut. Saya, pun masih dalam kondisi seperti duduk di antara dua sujud. Tetapi dengan posisi kedua tangan lurus ke arah depan, dan telapak yang terbuka.

Adegan itu sekilas gambaran dari simulasi penyerangan dalam training Global Sumud Flotilla (GSF) di Tunisia, Rabu (3/9/2025). Sekitar 300 orang dari sedikitnya 44 negara jadi peserta dalam simulasi insiden di atas kapal konvoi damai menembus blokade Gaza tersebut. Karena hanya simulasi, saat lampu terang, semuanya tertawa. Lalu bertepuk tangan. Tetapi para pemandu pelatihan dari Steering Committee GSF (yang dilarang untuk disebutkan namanya karena keamanan) mengingatkan, agar para peserta jangan girang.

Karena kata dia, simulasi itu masih sangat jauh dari realita. Kengerian nyata yang diprediksi bakal dialami para peserta konvoi global adalah menghadapi Shayetet-13 yang merupakan unit khusus laut pasukan penjajahan Israel (IDF). Tentara Zionis Israel yang bersenjata modern dan lengkap. Dan dikatakan, skuat itu tak bakal segan menembak sampai mati para relawan, pun aktivis konvoi damai blokade Gaza yang nekat melawan saat disergap di atas kapal.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Bahkan kata si pemandu, gerak-gerak tubuh para relawan yang dianggap oleh tentara penyergap dari Zionis itu mengancam, bisa berujung pada penembakan. Itu mengapa, selama dalam masa training yang digelar di Gedung General Union of Tunisian Workers menekankan para relawan dan aktivis, termasuk wartawan yang ikut berlayar, memahami reaksi tanpa kekerasan dalam menghadapi situasi yang berisiko nyawa itu. 

"Tolong jangan bertepuk tangan. Jangan tertawa-tawa. Ini (simulasi) bukan keadaan yang sebenarnya. Yang akan dihadapi jauh lebih buruk dari ini," kata pemandu training tersebut dalam bahasa Inggris. Para pemandu, pun teriak-teriak menyampaikan agar seluruh peserta training, mengecek keberadaan orang-orang di sebelah masing-masing. Apakah masih lengkap, atau ada yang hilang.

"Periksa teman-teman Anda. Tolong periksa orang-orang yang sebelumnya ada di sebelah Anda. Apakah masih ada? Apakah teman-teman Anda di sebelah Anda masih ada?," kata si pemandu. Delegasi Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) yang berjumlah 30 orang dalam simulasi tersebut, pun ternyata ada yang hilang. Satu orang. Semua delegasi dari negara lainnya, pun mengecek rombongan masing-masing. Dan masing-masing negara, relawannya  banyak yang hilang. 

Para pemandu, kembali mengingatkan. "Kenali teman-teman Anda selama di kapal." Si pemandu menegaskan, para relawan dan aktivis dari manapun tak layak untuk ikut dalam misi konvoi damai menembus blokade Gaza, jika tak mampu kenal, tak mampu akrab dengan sesama di atas kapal damai. Karena konvoi damai menembus blokade Gaza ini, bukan misi main-main. Zionis Israel yang dihadapi. Kebengisan militer penjajah itu, bisa menyambar siapapun.

Aksi damai tanpa kekerasan

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement