Kamis 24 Jul 2025 09:42 WIB

Lurah Duri Utara Ungkap Mengapa Tambora Kerap Kebakaran

Padatnya bangunan di Tambora membuat rawan terjadinya korsleting listrik.

Rep: MgRol159/ Red: A.Syalaby Ichsan
Petugas pemadam kebakaran melakukan pendinginan di lokasi kebakaran permukiman penduduk di Duri Utara, Tambora, Jakarta, Senin (21/7/2025). Suku Dinas Gulkarmat Jakarta Barat mengerahkan 29 unit mobil pemadam dan 145 personil untuk mengatasi kebakaran permukiman penduduk seluas 9.000 meter persegi tersebut.
Foto: ANTARA FOTO/Fauzan
Petugas pemadam kebakaran melakukan pendinginan di lokasi kebakaran permukiman penduduk di Duri Utara, Tambora, Jakarta, Senin (21/7/2025). Suku Dinas Gulkarmat Jakarta Barat mengerahkan 29 unit mobil pemadam dan 145 personil untuk mengatasi kebakaran permukiman penduduk seluas 9.000 meter persegi tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Musibah kebakaran yang menimpa warga RW 002, Kelurahan Duri Utara, Jakarta, pada awal pekan ini menjadi peristiwa yang kerap berulang. Lurah Duri Utara, Ari Kurnia menjelaskan, Tambora merupakan kecamatan kedua di Jakarta Barat yang memiliki angka kebakaran tertinggi setelah Cengkareng.

Menurut Ari, sebelas kelurahan di Tambora merupakan daerah padat penduduk sehingga meningkatkan tingginya risiko kebakaran. “Memang Tambora ini risiko tinggi terjadi kebakaran karena permukimannya permukiman padat,” ujar Ari kepada Republika di lokasi kebakaran, Jakarta, Selasa (22/7/2025).

Baca Juga

Secara rinci, Ari menyebutkan bahwa rata-rata satu bangunan di kawasan Tambora diisi oleh tiga hingga empat kartu keluarga (KK). Mereka harus tinggal di bangunan yang terbilang semipermanen. 

Padatnya bangunan di Tambora membuat rawan terjadinya korsleting listrik. Ari mengungkapkan, biasanya rumah semipermanen tersebut menggunakan instalasi kelistrikan yang tidak disertai dengan sertifikasi kelistrikan. Korsleting listrik ini biasanya menyebabkan kebakaran-kebakaran sebelumnya.“Sehingga penggunaan-penggunaan alat listrik yang tidak sesuai dengan ketentuan itu, menyebabkan kabel jadi mudah terbakar,” ujar dia.

Meski demikian, Ari menilai dugaan sementara kebakaran yang terjadi pada Senin lalu  dikarenakan adanya kelalaian penggunaan kompor yang akhirnya menimbulkan ledakan gas LPG.

Sebagai mitigasinya, Ari menyebutkan banyak jajaran dinas sosial, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dinas kesehatan, PMI dan pihak lainnya yang memberi bantuan. Bantuan tersebut meliputi pengungsian, makanan, logistik, kebutuhan harian, fasilitas mandi cuci kakus (MCK), hingga penanganan fisik dan mental.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement