Kamis 17 Jul 2025 19:08 WIB

Kecelakaan Air India: Pesawat Boeing Kini Jadi Sorotan

India dan Korea Selatan mendesak pemeriksaan menyeluruh pada pesawat Boeing imbas kecelakaan di Ahmedabad yang menewaskan 260 orang. Laporan awal menunjukkan saklar BBM pindah posisi ke “cutoff” sesaat sebelum benturan.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Lex Rayton/imageBROKER/picture alliance
Lex Rayton/imageBROKER/picture alliance

Produsen pesawat asal Amerika Serikat, Boeing, kembali jadi pusat kontroversi global, setelah India dan Korea Selatan mendesak inspeksi sakelar bahan bakar pada pesawat Boeing, menyusul jatuhnya pesawat 787-8 Dreamliner di Ahmedabad bulan lalu.

Maskapai-maskapai di Jepang dan Singapura juga mulai melakukan pemeriksaan sebagai langkah pencegahan, menurut laporan Reuters.

Pesawat tujuan London itu menabrak bangunan hanya beberapa menit setelah lepas landas. Kecelakaan ini menewaskan 19 orang di darat dan seluruh penumpang serta awak di dalam pesawat, kecuali satu orang dari total 242 orang di dalamnya.

Pilot sempat bahas aliran bahan bakar

Pejabat India masih menyelidiki penyebab tragedi ini, yang disebut sebagai kecelakaan penerbangan paling mematikan dalam satu dekade terakhir. Namun, Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India (AAIB) sudah merilis laporan awal pekan ini, dan menyatakan bahwa sakelar bahan bakar di kedua mesin pesawat berpindah ke posisi "cutoff” tak lama setelah lepas landas, yang berarti aliran bahan bakar ke mesin terputus.

Belum diketahui apakah sakelar itu dipindahkan oleh salah satu pilot atau karena kerusakan mekanis. Meski laporan setebal 15 halaman itu tidak memuat transkrip lengkap percakapan di kokpit, pihak berwenang membagikan bagian penting yang menunjukkan adanya kebingungan di ruang kemudi.

"Dalam rekaman suara di kokpit, terdengar salah satu pilot bertanya kenapa sakelar bahan bakar dimatikan. Pilot lainnya menjawab bahwa dia tidak melakukannya,” ungkap pejabat AAIB.

Laporan itu juga mencatat, sakelar bahan bakar sempat kembali ke posisi "run” beberapa detik kemudian. Salah satu mesin tampaknya mulai pulih, tapi mesin lainnya masih bermasalah. Sayangnya, itu tidak cukup untuk mempertahankan penerbangan dan pesawat jatuh kurang dari satu menit setelah mengudara.

"Misteri besar" menyelimuti kecelakaan Air India

Mengomentari laporan investigasi awal tersebut, pakar penerbangan Sanjay Lazar, yang pernah bekerja di Air India selama 37 tahun menyebut, dokumen itu "menimbulkan lebih banyak pertanyaan”.

Ia juga menyayangkan bahwa transkrip lengkap percakapan kokpit tidak dipublikasikan.

Catatan dari AAIB menunjukkan, "bisa jadi tidak ada pilot yang mematikan sakelar, dan sakelar mati dengan sendirinya, atau... ada unsur sabotase. Hal ini justru menambah misteri,” ujarnya kepada DW.

Karena fokus penyelidikan kini tertuju pada sistem kontrol bahan bakar Boeing, Lazar menyinggung dua arahan yang pernah dikeluarkan Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) yang mungkin relevan.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Arahan pertama, yang tidak wajib pada 2018, memperingatkan potensi kerusakan pada sakelar bahan bakar dan menyarankan badan pengawas untuk memeriksanya. Arahan kedua, yang bersifat wajib pada 2022, menyoroti panel kontrol kebakaran mesin serta sakelar bahan bakarnya.

Menurut Lazar, FAA menyatakan bahwa pemeriksaan diperlukan karena ada laporan kemungkinan benda asing masuk ke unit mesin saat perawatan atau perbaikan, dengan salah satu risikonya bisa memicu "aktivasi tidak disengaja dari sakelar pemutus bahan bakar.”

Air India mengakui pihaknya tidak menindaklanjuti arahan pertama. Belum jelas apakah maskapai itu mengambil tindakan arahan kedua.

Air India juga menyatakan bahwa catatan perawatan pesawat menunjukkan modul kontrol throttle, yang mencakup sakelar bahan bakar, pernah diganti pada 2023. Namun, "alasan penggantian tidak terkait dengan masalah saklar bahan bakar,” kata AAIB dalam laporannya.

Beberapa hari terakhir, media melaporkan bahwa Boeing telah meyakinkan maskapai bahwa kunci sakelar bahan bakar mereka aman.

CEO Air India: Tidak ada masalah dengan kualitas bahan bakar

Menurut laporan media, CEO Air India Campbell Wilson mengeluarkan memo internal pada Senin (14/07) lalu, yang menyebut laporan awal AAIB "memberi kejelasan sekaligus membuka pertanyaan baru.”

"Saya mendesak semua pihak untuk tidak buru-buru menarik kesimpulan, karena penyelidikan masih jauh dari selesai,” tulis Wilson. Ia juga menambahkan, semua pemeriksaan dan perawatan wajib terhadap pesawat Boeing telah dilakukan.

"Tidak ada masalah dengan kualitas bahan bakar maupun kejanggalan saat proses lepas landas. Pilot juga lulus tes kadar alkohol sebelum terbang, dan tidak ada catatan medis yang mencurigakan,” ujarnya.

Asosiasi pilot minta dilibatkan dalam investigasi

Pada Selasa (15/07), maskapai Singapore Airlines mengumumkan pihaknya telah selesai memeriksa seluruh armada 787 milik mereka, termasuk milik Scoot, dan tidak menemukan adanya masalah. Grup Lufthansa dari Jerman juga melakukan pengecekan ulang terhadap sakelar bahan bakar di pesawat 787 mereka, dan hasilnya dinyatakan aman.

Pejabat India dijadwalkan menyerahkan laporan terkait sakelar bahan bakar paling lambat Senin (21/07) pekan depan. Namun, laporan akhir soal kecelakaan ini kemungkinan baru rampung dalam waktu setahun atau lebih.

Sementara itu, Asosiasi Pilot Maskapai India (ALPA India) meminta agar pihaknya dilibatkan sebagai pengamat dalam penyelidikan, demi memastikan "transparansi yang diperlukan”.

"Kami merasa bahwa penyelidikan ini diarahkan dengan asumsi kesalahan pada pilot sejak awal, dan kami sangat menolak pendekatan itu,” ujar Presiden ALPA India, Sam Thomas, dalam pernyataannya pekan lalu.

Mimpi buruk Boeing belum usai

Apa pun hasil dari penyelidikan India dan negara lain, kecelakaan terbaru ini makin memperburuk reputasi Boeing yang sudah goyah.

Boeing masih berjuang memulihkan diri setelah dua kecelakaan mematikan pada 2018 dan 2019 yang melibatkan pesawat 737 Max. Kedua insiden itu terkait sistem MCAS, yang dirancang untuk menurunkan hidung pesawat secara otomatis jika terdeteksi risiko stall atau kehilangan daya angkat pesawat.

Sejak insiden 2019 hingga kecelakaan di India, pesawat Boeing juga terlibat dalam berbagai insiden lain, seperti pintu pesawat yang terlepas dari pesawat Alaska Airlines 737 Max-9 pada Januari 2024, serta pesawat 787 yang mendadak terjun dan melukai sekitar 50 orang pada Maret 2024. Dua bulan setelahnya, satu orang tewas akibat turbulensi hebat di pesawat Boeing 777, penerbangan dari London ke Singapura.

Sejumlah pelapor juga muncul dan mengungkap kekhawatiran soal proses produksi dan dugaan kelalaian keselamatan dalam produksi Boeing, meskipun penyelidikan terhadap laporan-laporan ini sulit dibuktikan.

Pada Maret 2024, salah satu mantan karyawan Boeing memberikan kesaksian dalam gugatan pelapor yang ditemukan tewas akibat luka tembak, di mana polisi menyatakan itu tindakan bunuh diri. Beberapa pekan kemudian, pelapor lain juga meninggal dunia setelah terserang infeksi yang begitu cepat menyebar dan menyebabkan pneumonia.

Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Khoirul Pertiwi

Editor: Rahka Susanto

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement