REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Militer Israel melancarkan serangan besar-besaran ke Iran pada Jumat (13/6/2025). Berikut lini masa konflik yang berpotensi meluas ke seantero Timur Tengah tersebut.
Israel dan Iran awalnya merupakan sekutu saat Dinasti Pahlevi berkuasa. Saat itu, Iran adalah negara Timur Tengah kedua yang mengakui negara Zionis. Namun pada 1979, terjadi revolusi Islam di Iran. Pemerintahan Iran sejak itu menjadikan perebutan kembali Masjid al-Aqsa yang dikuasai Israel jadi salah satu tujuan utama mereka.
Saat Iran memulai program nuklir mereka, Israel ketakutan. Iran berulang kali menekankan bahwa program nuklir mereka untuk kepentingan sipil, namun Israel dibantu sekutunya Amerika Serikat terus melakukan upaya penghentian program tersebut. Menguatnya kelompok-kelompok yang bersekutu dengan Iran di Timur Tengah juga memicu ketakutan Israel.
Pada 2019, Israel melakukan serangkaian serangan di Suriah, Lebanon, dan Irak untuk mencegah Iran melengkapi sekutunya dengan senjata canggih. Israel menuduh Iran mencoba membangun jalur pasokan senjata melalui Irak dan Suriah utara ke Lebanon, tempat Iran telah lama mendukung kelompok Hizbullah.
Israel juga menyerang kapal-kapal yang membawa minyak dan senjata Iran melalui Mediterania timur dan Laut Merah. Pada November 2020, Israel membunuh ilmuwan nuklir terkemuka Iran, Mohsen Fakhrizadeh, dengan senapan mesin yang dikendalikan dari jarak jauh.

Pada 2021, Iran dan Israel semakin sering menyerang satu sama lain di laut. Benjamin Netanyahu, perdana menteri Israel, menuduh Iran berada di balik ledakan pada Februari di kapal milik Israel yang mengangkut kendaraan yang berlayar di lepas pantai Oman. Iran menuduh Israel pada bulan Maret menargetkan kapal kargo Iran sekitar 50 mil laut di lepas pantai Israel. Pada April, sebuah kapal militer Iran yang ditempatkan di Laut Merah dirusak oleh serangan ranjau Israel. Operasi semacam itu berlanjut sepanjang tahun.
Sementara pada Mei 2022, dua pembunuh yang mengendarai sepeda motor menembak dan membunuh Kolonel Sayad Khodayee, seorang perwira di Korps Garda Revolusi Islam Iran. Para pejabat Israel mengakui membantu memimpin unit operasi rahasia yang melakukan pembunuhan dan penculikan. Israel menegaskan perannya dalam pembunuhan itu kepada Amerika Serikat. Tahun 2022 itu juga, Ayoub Entezari, seorang insinyur penerbangan di fasilitas penelitian militer, dan Kamran Aghamolaei, seorang ahli geologi, keduanya meninggal pada bulan Mei setelah mengalami gejala keracunan makanan. Iran mengatakan bahwa Israel meracuni mereka, namun Israel menolak berkomentar.
Topan al-Aqsa
Pada 7 Oktober 2023, para pejuang Palestina dipimpin Hamas melakukan serangan besar-besaran ke wilayah Israel untuk membebaskan Gaza. Serangan itu diklaim Israel menewaskan 1.139 orang. Lebih dari 200 orang juga ditawan. Israel kemudian melancarkan serangan balasan brutal yang telah berlangsung selama 20 bulan dan menewaskan 55 ribu lebih warga Gaza. Kebanyakan Dari korban adalah anak-anak dan perempuan.
Sehari setelah serangan Topan al-Aqsa, pada 8 Oktober, Hizbullah mengatakan pihaknya meluncurkan roket dan artileri berpemandu menyasar tiga pos militer di Shebaa Farms, wilayah perbatasan, “sebagai solidaritas” dengan warga Palestina. Hizbullah, dibentuk pada tahun 1982 untuk melawan invasi dan pendudukan Israel di Lebanon selatan, disebut mendapat bantuan persenjataan dari Iran.
Dilansir Aljazirah, dari 7 Oktober 2023 hingga 6 September 2024, dari 7.845 serangan yang terjadi antara kedua kekuatan, sekitar 82 persen dilakukan oleh pasukan Israel, menurut Data Lokasi dan Peristiwa Konflik Bersenjata (ACLED). Setidaknya 646 orang di Lebanon meninggal pada periode tersebut akibat serangan Israel. Hizbullah dan kelompok bersenjata lainnya bertanggung jawab atas 1.768 serangan yang menewaskan sedikitnya 32 warga Israel.
Pada 1 April 2024, Israel menyerang konsulat Iran di Damaskus, Suriah. Konsulat Iran di Damaskus hancur akibat serangan rudal Israel yang mengakibatkan terbunuhnya 13 orang termasuk komandan utama IRGC Mayor Jenderal Mohammad Reza Zahedi dan wakilnya. Israel telah lama menargetkan instalasi militer Iran di Suriah, namun serangan ini menandai pertama kalinya Israel menargetkan kompleks diplomatik itu. Iran berjanji merespons.

Iran serang Israel
Hampir dua minggu setelah serangan mematikan terhadap konsulat Iran di Suriah, pada 13 April 2024 Iran meluncurkan rentetan rudal dan drone yang menargetkan Israel. Ini adalah pertama kalinya Iran menembakkan rudal langsung ke wilayah Israel.
Namun, sebagian besar proyektil tersebut dicegat di luar perbatasan negara tersebut dengan bantuan Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, menurut tentara Israel. Yordania juga membantu menembak jatuh beberapa rudal yang melintasi wilayah udaranya. Seorang gadis berusia tujuh tahun di Israel terluka parah akibat pecahan rudal akibat serangan itu, sementara yang lain menderita luka ringan. Serangan udara Iran berlangsung selama lima jam, menurut para pejabat AS.
Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, pada Rabu dini hari, 31 Juli 2024, ketika serangan udara menghantam gedung tempat dia menginap. Hamas dan Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan tersebut, yang terjadi hanya beberapa jam setelah Israel menargetkan komandan penting Hizbullah di Beirut.
Haniyeh berada di Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian sehari sebelumnya. Sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, mengatakan pembunuhan Haniyeh telah membawa perang dengan Israel ke “tingkat baru” dan memperingatkan “konsekuensi besar bagi seluruh wilayah”. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menjanjikan “hukuman berat”.
Pada tanggal 23 September, Israel melancarkan lebih dari 650 serangan udara ke Lebanon – mengklaim bahwa serangan tersebut mengenai 1.600 sasaran Hizbullah – dari Bint Jbeil di selatan hingga Baalbek di Bekaa. Pada 27 September, Israel membunuh lebih dari 700 orang di Lebanon, termasuk 50 anak-anak dan 94 wanita.
Pada 24 September, Hizbullah melancarkan serangan pesawat tak berawak ke pangkalan angkatan laut Atlit Israel di selatan Haifa. Pada 27 September, Israel membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, dengan menyerang sebuah blok perumahan dengan 85 bom “penghancur bunker”. Penggunaan bom semacam itu di kawasan berpenduduk dilarang oleh Konvensi Jenewa. Sedikitnya 1.835 orang Lebanon terluka.
Serangan Israel terus berlanjut, menyebabkan sedikitnya satu juta orang di Lebanon mengungsi, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA). Sembilan puluh persen pengungsian terjadi dalam seminggu menjelang tanggal 1 Oktober, dengan banyak orang terpaksa tidur di jalanan, pantai, taman atau di dalam mobil.
Iran serang Israel...