Kamis 12 Jun 2025 20:50 WIB

Inovasi Dosen UNM: EagleEyes, Teknologi AI untuk Deteksi Pelanggaran Lalu Lintas di Kota Cerdas

Sistem ini dirancang untuk mengenali berbagai pelanggaran.

Tim peneliti UNM berhasil menelurkan inovasi bernama EagleEyes, sistem berbasis kecerdasan buatan dan deep learning untuk mendeteksi pelanggaran lalu lintas.
Foto: UNM
Tim peneliti UNM berhasil menelurkan inovasi bernama EagleEyes, sistem berbasis kecerdasan buatan dan deep learning untuk mendeteksi pelanggaran lalu lintas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingginya angka pelanggaran lalu lintas di kota-kota besar di Indonesia mendorong lahirnya berbagai inovasi teknologi guna meningkatkan keselamatan dan ketertiban di jalan raya.

Menjawab tantangan tersebut, tim peneliti dari Universitas Nusa Mandiri (UNM), mengembangkan sebuah sistem cerdas bernama EagleEyes, berbasis kecerdasan buatan dan teknologi deep learning. Inovasi ini bukan sekadar wacana.

Proyek riset yang diketuai dosen Ilmu Komputer (S2) UNM, Windu Gata berhasil meraih pendanaan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui skema Penelitian Dasar – Fundamental dan Kerja Sama Antar Perguruan Tinggi untuk Tahun Anggaran 2025.

Proyek tersebut resmi tercantum dalam Pengumuman Penerima Pendanaan Program Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dengan nomor 0070/C3/AL.04/2025 tertanggal 23 Mei 2025.

Menurut Windu, riset ini berangkat dari keprihatinan terhadap masih maraknya pelanggaran lalu lintas yang sulit ditangani secara maksimal oleh metode konvensional seperti razia atau patroli manual.

Ia menuturkan, pendekatan tradisional tidak lagi efektif untuk mengawasi kawasan padat penduduk yang memerlukan pemantauan menyeluruh secara real-time.

“Melalui EagleEyes, kami menghadirkan sistem yang mampu mendeteksi pelanggaran lalu lintas secara otomatis menggunakan model YOLOv8, serta membaca pelat nomor kendaraan dengan teknologi Optical Character Recognition (OCR),” jelas Windu dalam keterangan rilis, Kamis (12/6/2025).

Ia menegaskan, sistem ini dirancang untuk mengenali berbagai pelanggaran seperti pengendara tanpa helm, kendaraan tanpa sabuk pengaman, hingga kendaraan tanpa pelat nomor valid. Ia ingin mendukung kota-kota di Indonesia menuju transformasi menjadi kota cerdas.

Tak hanya bekerja sendiri, Windu melibatkan kolaborator dari lintas institusi, termasuk Muhammad Haris dari UNM, Maria Irmina Prasetiyowati dari Universitas Multimedia Nusantara, serta Sony Harianto, mahasiswa Ilmu Komputer (S2) UNM.

Kolaborasi ini menjadi wujud nyata kerja sama antarlembaga dalam menciptakan solusi teknologi untuk kepentingan publik.

Penelitian ini didukung penuh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNM yang memfasilitasi pengajuan proposal hingga pengelolaan program. Ketua LPPM UNM, Ir Andi Saryoko, mengungkapkan apresiasi tinggi atas pencapaian tersebut.

“Kami sangat bangga dengan capaian tim peneliti UNM yang kembali menunjukkan kontribusi nyatanya dalam pengembangan teknologi berbasis kebutuhan masyarakat. EagleEyes bukti bahwa kampus memiliki peran strategis dalam mendukung keamanan dan tata kelola lalu lintas di era digital,” tuturnya.

Lebih lanjut, ia menyatakan UNM, sebagai Kampus Digital Bisnis, terus berkomitmen menciptakan ekosistem riset yang mendukung inovasi berkelanjutan dan berorientasi pada penerapan teknologi tepat guna dalam kehidupan sehari-hari.

“Dengan hadirnya EagleEyes, diharapkan pengawasan lalu lintas di Indonesia dapat bertransformasi menuju sistem digital yang lebih akurat, efisien, dan adaptif terhadap kebutuhan perkotaan masa kini,’’ katanya menegaskan.

Tim peneliti, ujar dia, berharap hasil riset ini dapat diimplementasikan secara luas, baik oleh pemerintah daerah maupun instansi terkait, guna memperkuat ekosistem transportasi yang aman dan cerdas di seluruh Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement