REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Presiden Prancis Emmanuel Macron, Jumat (30/5/2025) mengisyaratkan akan mengambil sikap lebih keras terhadap Israel jika blokade berlanjut di Gaza. Macron menggambarkan situasi di Gaza sebagai "tak tertahankan".
"Menyediakan air, makanan, dan obat-obatan serta mengizinkan yang terluka untuk dievakuasi adalah prioritas," kata Macron saat jumpa pers bersama dengan Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong.
"Oleh karena itu, jika tanggapan yang sesuai dengan skala situasi kemanusiaan tidak diberikan dalam beberapa jam dan hari mendatang, maka jelas sikap kolektif harus diperkeras," tambahnya.
Macron menekankan bahwa kondisi di Gaza tidak dapat dibiarkan berlanjut, yang meningkatkan adanya kemungkinan sanksi terhadap Israel. Dia menegaskan kembali perlunya solusi politik untuk tragedi kemanusiaan yang sedang berlangsung, dengan memperingatkan bahwa "kemungkinan berdirinya negara Palestina dipertanyakan."
"Kita dapat melihat dengan jelas bahwa beberapa orang ingin membuat pembentukan negara Palestina menjadi mustahil. Namun, yang kami advokasi adalah resolusi politik," katanya.
Mengakui negara Palestina adalah "tugas moral" dan "keharusan politik," tambah Macron, mendesak semua pihak yang mendukung "hak masyarakat untuk menentukan kebebasan mereka sendiri" untuk mendukungnya.