Jumat 02 May 2025 03:41 WIB

Penjualan McDonald's Anjlok di AS, Warga Khawatir Dampak Tarif Trump

Penurunan pendapatan itu menandai kontraksi paling tajam sejak pembatasan pandemi.

Seekor burung duduk di sebelah restoran McDonald
Foto: AP/AP
Seekor burung duduk di sebelah restoran McDonald

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — McDonald's dilaporkan mengalami penurunan penjualan terbesar di Amerika Serikat (AS) sejak puncak pandemi Covid-19 lalu. Penurunan tersebut dinilai akibat kekhawatiran masyarakat AS yang lebih luas terhadap ekonomi AS.

BBC melaporkan, pendapatan jaringan burger terbesar di dunia tersebut di toko-toko AS yang buka setidaknya satu tahun, anjlok 3,6% dalam tiga bulan pertama pada 2025 bila dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu. Anjloknya pendapatan tersebut akibat pelanggan mengurangi kunjungan mereka.

Baca Juga

Penurunan pendapatan itu menandai kontraksi paling tajam dalam penjualan McDonalds di AS pada kuartalan akhir Juni 2020 ketika pembatasan pandemi masih berlaku, tulis BBC.

Kepala Eksekutif MacDonalds Chris Kempczinski mengatakan, pelanggan mereka sedang berjuang dengan ketidakpastian. Meski demikian, Kempczinski tetap meyakinkan investor bahwa perusahaan dapat mengatasi kondisi pasar yang paling sulit.

McDonald's telah bekerja selama berbulan-bulan untuk mencoba menghidupkan kembali bisnisnya, setelah menghadapi reaksi keras dari pelanggan, terutama rumah tangga berpenghasilan rendah, atas kenaikan harga.

Penurunan penjualan terbaru perusahaan tersebut bertepatan dengan kontraksi ekonomi AS, yang menyusut pada tingkat tahunan sebesar 0,3% dalam tiga bulan pertama tahun 2025. Penurunan tersebut menandai kontraksi kuartalan pertama sejak tahun 2022.

Angka-angka tersebut mencerminkan lebih dari dua bulan masa jabatan kepresidenan Donald Trump - karena banyak perusahaan dan konsumen bereaksi dengan kebingungan terhadap rentetan pengumuman tarifnya - tetapi tidak termasuk rencana tarif "Hari Pembebasan" pada tanggal 2 April.

Selama periode tiga bulan yang sama, kemerosotan penjualan McDonald's di AS menyeret keseluruhan pendapatan like-for-like turun 1% bahkan ketika penjualan di Jepang, Australia, dan Timur Tengah meningkat.

Kempczinski mengungkapkan,"Konsumen saat ini bergulat dengan ketidakpastian, tetapi mereka selalu dapat mengandalkan McDonald's [...] untuk nilai yang luar biasa".

"McDonald's memiliki warisan inovasi, kepemimpinan, dan ketangkasan yang terbukti selama 70 tahun, yang semuanya memberi kami keyakinan akan kemampuan kami untuk menavigasi bahkan kondisi pasar yang paling sulit dan mendapatkan pangsa pasar," tambahnya.

Harga yang lebih tinggi

Perusahaan telah memiliki berbagai reaksi sejak Trump mulai menjalankan rencananya untuk menaikkan tarif berupa pajak yang dibayarkan oleh seseorang atau perusahaan yang membeli barang dari luar negeri.

Pada pekan ini, raksasa teknologi Intel mengatakan biaya akan naik dan resesi lebih mungkin terjadi karena tarif Trump. Merek pakaian olahraga Adidas mengatakan hal itu akan menyebabkan harga yang lebih tinggi di AS untuk sepatu kets populer termasuk Gazelle dan Samba.

Sementara itu, raksasa pengiriman DHL menghentikan pengiriman senilai lebih dari 800 dolar AS (£603) karena kebijakan perdagangan AS sebelum mencabutnya setelah menegosiasikan "penyesuaian" pada peraturan bea cukai.

Trump dan sekutunya mengatakan kebijakan tersebut akan membantu mendatangkan lebih banyak pekerjaan ke AS karena perusahaan-perusahaan akan membangun pabrik dan operasi di AS untuk menghindari pajak baru.

Namun, banyak perusahaan dan ekonom mengatakan hal ini akan sulit dicapai dan kemungkinan akan mengakibatkan hilangnya lapangan kerja dan kesulitan ekonomi setidaknya dalam jangka pendek.

Menanggapi angka-angka tersebut, Trump mengatakan ia membutuhkan "sedikit waktu". Dia menyebut angka-angka tersebut sebagai cerminan dari "ekonomi Biden", merujuk pada mantan presiden dari Partai Demokrat itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement