REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ribuan warga Badui Luar dan Badui Dalam di pedalaman Kabupaten Lebak siap "turun gunung" merayakan tradisi Seba bersama kepala daerah guna menjalin silaturahmi dan ungkapan rasa syukur selama setahun mengelola usaha pertanian ladang.
"Kami sebagai warga Badui Luar diharapkan bisa merayakan Seba bersama kepala daerah (bupati dan gubernur, red.) dan pejabat muspida," kata Santa (55), seorang warga Badui, saat ditemui di Lebak , Kamis.
Masyarakat Badui saat ini sudah mempersiapkan diri untuk merayakan Seba dengan membawa pisang hasil pertanian ladang.
Bahkan, dirinya bersama kelompoknya telah menyiapkan puluhan pohon pisang yang akan dibawa ke Pendopo Pemerintah Kabupaten Lebak dan Gubernur Banten.
Sub Suku Sunda
Suku Badui alias Sunda Badui atau kadang hanya sering disebut Badui, terkadang ditulis secara tidak baku sebagai Baduy) merupakan sekelompok masyarakat adat Sunda di wilayah pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Populasi mereka sekitar 26.000 orang. Mereka merupakan salah satu kelompok masyarakat yang menutup diri mereka dari dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki keyakinan tabu untuk didokumentasikan, khususnya penduduk wilayah Badui Dalam.
Suku Badui termasuk sub-suku dari suku Sunda, mereka dianggap sebagai masyarakat Sunda yang belum terpengaruh modernisasi atau kelompok yang hampir sepenuhnya terasing dari dunia luar.
Masyarakat Badui menolak istilah "wisata" atau "pariwisata" untuk mendeskripsikan kampung-kampung mereka. Sejak 2007, untuk mendeskripsikan wilayah mereka serta untuk menjaga kesakralan wilayah tersebut, masyarakat Badui memperkenalkan istilah "Saba Budaya Badui", yang bermakna "Silaturahmi Kebudayaan Badui".