REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden pengganti Joe Biden, Donald Trump, membuat gebrakan yang bikin heboh dunia. Dia menerapkan tarif yang tinggi untuk berbagai barang impor yang masuk ke negaranya.
Israel yang selama ini adalah 'sodara dekat' Amerika, juga dikenakan tarif, yang membuat Netanyahu malu ketika datang jauh-jauh ke Washington. Dalam memutuskan kebijakan ini, Amerika juga mengumandangkan sentimen anti-China yang merupakan negara pesaing Amerika nomor wahid. Menhan Pete Hegseth menjelaskan diskriminasi ekonomi anti China di berbagai forum internasional yang membuat Negeri Tirai Bambu merespons dengan tidak banyak suara, tapi langsung dengan aksi nyata yang menyakitkan Amerika.
Di bawah kendali Presiden Xi Jinping, China langsung menghentikan penerimaan pesawat Boeing, menghentikan pengiriman tambang tanah jarang yang sangat dibutuhkan Amerika. Kemudian masih banyak lagi manuver Xi Jinping, yang membuat elite Amerika pusing.
Amerika menaikkan tarif dagang khusus buat China hingga 245 persen. Namun di kemudian hari, Trump kebingungan, ternyata begitu besar ketergantungan negara yang dipimpinnya terhadap China. Dia kemudian merevisi kebijakan tarif buat China. Khusus buat barang-barang elektronik seperti ponsel dan sebagainya dibuat kelonggaran.
Bahkan pada Sabtu kemarin, Trump memberikan sinyal baru. Dia mengisyaratkan kemungkinan mengakhiri perang tarif dengan China. "Saya tidak ingin tarif naik karena pada titik tertentu Anda akan membuat orang tidak membeli," kata Trump di Gedung Putih pada Kamis (17/4) waktu setempat, dikutip dari Reuters, Sabtu (19/4/2024).
"Jadi, saya mungkin tidak ingin menaikkan harga lebih tinggi atau bahkan tidak ingin naik ke level terakhir."
Trump seperti ingin alur perdagangan dunia, khususnya dengan China, kembali berjalan seperti belum adanya heboh lonjakan tarif. "Saya mungkin ingin menurunkan harga ke level yang lebih rendah," ia menambahkan.
Bayangkan, Trump sudah membuat pusing banyak negara dengan kebijakannya. China yang terkenal dengan seni perang Sun Tzu, sudah kadung menyiapkan banyak strategi untuk menghadapi perang dagang, eh sekarang Trump malah loyo dan mengendurkan tensi perang dagang.