REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perang Israel melawan sejumlah kawasan seperti tak berkesudahan. Meski sudah menyepakati gencatan senjata pada awal tahun lalu, negara zionis yang kini dipimpin Netanyahu mengkhianati kesepakatan tersebut.
Netanyahu tidak terima melihat pasukan Hamas bergerombol mengenakan seragam dan membawa senjata memamerkan eksistensinya. Mereka melepas dan menyerahkan sandera warga Israel kepada PMI.
Netanyahu sempat bertanya-tanya mengapa mereka masih eksis padahal negara Israel sudah menghabiskan banyak sumber daya menghancurkan Gaza.
Ditambah lagi warga Gaza kembali ke tempat-tempat mereka meski dalam keadaan sedih menyaksikan gedung bertingkat menjadi reruntuhan. Mereka masuk ke berbagai wilayah di Gaza, sementara pasukan IDF meninggalkan Koridor Netzarim.
Dengan berbagai alasan, plus dorongan ekstremis sayap kanan di Knesset dan koalisi pendukungnya, seperti Bezalel Smotrich dan Itamar ben Gvir, Netanyahu mengabaikan keselamatan sandera warganya yang masih ditahan Hamas. Netanyahu mengerahkan militer untuk kembali menyerang Gaza. Bombardir terjadi. Kengerian tersebar di mana-mana. Netanyahu mengkhianati kesepakatan yang sudah dibuat bersama.
Siapa Netanyahu? mengapa dia sangat berambisi menghancurkan lawannya? Mengapa dia sangat membenci Arab?
Ternyata ini bermula dari kakeknya yang merupakan simpatisan gerakan zionisme Theodore Herzl bernama Nathan yang tinggal di Polandia. Ketika zionisme menguat dan mendapatkan akses ke Palestina, Nathan pindah ke Yerusalem. Di sana dia membangun keluarga. Putranya bernama Ben Zion Netanyahu.
Anak satu ini tumbuh dengan doktrin kebencian terhadap orang Arab, karena orang Arab tak akan merelakan sejengkal tanahnya untuk diberikan kepada zionis. Sementara zionisme membangun pemahaman, bahwa Tanah Palestina adalah negara Israel Raya. Karena itu, harus direbut dengan segala cara.
Pemahaman demikian juga diamini sang anak, Benjamin Netanyahu, politisi partai Likud yang kini menjadi Perdana Menteri Israel. Tak peduli kata dunia, terserah apa kata orang, ambisinya adalah memperluas kekuasaan Israel, menunjukkan Israel berpengaruh besar, menyetir Amerika, dan berlindung di bawah ketiak negara adi daya demi mencapai tujuan Israel Raya.