REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Tokoh agama dan tokoh adat menyerukan pesan perdamaian dan persaudaraan bagi masyarakat di Provinsi Maluku, agar tidak mudah terprovokasi isu-isu menyesatkan.
"Beta (saya) ingin menyampaikan pesan bagi saudara-saudara di Negeri Tulehu, Negeri Tial, Negeri Sawai, dan Negeri Rumaholat dan Seluruh basudara (saudara) di seluruh Negeri di Tanah Maluku, mari katong (kita) hentikan dan hindari pertikaian, karena katong semua adalah satu saudara, satu tanah, satu hati, " kata Ketua Majelis Latupati kota Ambon, Reza Valdo Maspaitella, di Ambon, Jumat.
Ia mengatakan, sejak dahulu para leluhur telah mengajarkan filosofi hidup pela gandong, nilai persaudaraan yang mengikat masyarakat dalam kasih dan kebersamaan.
"Tidak ada manfaat dari kebencian dan permusuhan, karena yang terluka bukan hanya kita sendiri, tetapi seluruh masyarakat, seluruh negeri, " Katanya.
Pela Gandong yakni tradisi perjanjian antara dua negeri yang diikat oleh sumpah, serta hubungan kekerabatan antara individu atau negeri, bukan sekadar tradisi, tetapi juga simbol persatuan, toleransi, dan perdamaian di Maluku.
Nilai ini mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk bertikai, tetapi justru menjadi kekuatan untuk saling melengkapi dan memperkuat kebersamaan.
Baik dalam adat, agama, maupun sebagai bangsa, kita diajarkan untuk menghormati satu sama lain, bersabar, menjaga persaudaraan, menjaga tanah, dan menjaga nama baik keluarga serta leluhur.
"Ketika emosi memuncak, kita harus menahan diri, karena tidak ada kebaikan yang lahir dari permusuhan. Mengasihi dan memaafkan jauh lebih mulia daripada membenci dan melawan, " katanya.
Karena itu, Majelis Latupati bersama seluruh Pimpinan adat dan masyarakat adat mengajak, mari hentikan pertikaian, mari bertemu, bergandengan tangan, dan duduk bersama untuk mencari jalan damai.
"Katong orang Maluku, besar karena memiliki persaudaraan, nilai-nilai adat, dan iman yang kuat. Mari katong jaga negeri, jaga hati, dan jaga persaudaraan, " ujarnya.
Ketua Sinode GPM, Elifas Maspaitella juga mengajak seluruh masyarakat mewujudkan perdamaian.
"Saya kira pesan itu bukan sekedar nasehat kosong. Itu adalah cita-cita tertinggi dari semua umat manusia di dunia, apalagi umat beragama, karena itu, kita harus selalu menahan hati dari amarah dan dendam," katanya.
Harapannya, kalau ada masalah, mari dibicarakan sebagai orang basudara, jika ada kasus tertentu, seperti sengketa batas tanah, dan apalagi jika sudah diproses sesuai hukum yang berlaku, biar mekanisme hukum yang menyelesaikannya.
Gereja Protestan Maluku (GPM), tetap harus menyampaikan nasehat dan anjuran kepada semua warga di Maluku Tengah, mari wujudkan damai.
"Kita harus menjadi masyarakat yang cerdas untuk belajar keluar dari masa kelam, dan sembuhkan luka pahit masa lalu, " katanya.