REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Setidaknya 404 warga Palestina telah syahid dan 562 lainnya terluka dalam gelombang serangan Israel terbaru di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan di daerah kantong tersebut. Kabar terbaru menyebutkan sejumlah korban masih berada di bawah reruntuhan, dan upaya untuk memulihkan mereka sedang dilakukan.
Sekitar 130 di antara para syuhada adalah anak-anak. Kementerian Kesehatan dan semua rumah sakit di Jalur Gaza menyerukan warga Palestina untuk mendonorkan darahnya. Hal ini disebabkan tingginya jumlah korban luka dan kekurangan pasokan darah.
Fasilitas kesehatan juga kekurangan pasokan medis dasar yang diperlukan untuk merawat korban luka, seperti kain kasa dan obat penghilang rasa sakit. Selama 17 hari, pihak berwenang Israel telah melarang masuknya truk bantuan apa pun. Dokter mengatakan ini adalah tantangan yang sangat besar.
Selain itu, kekurangan bahan bakar membuat seluruh fasilitas medis berisiko kolaps. Otoritas kesehatan menyerukan komunitas internasional untuk menekan pihak Israel agar membiarkan pasokan ini memasuki Jalur Gaza.
Kantor Media Pemerintah Gaza menyebutkan empat pejabat tinggi pemerintah gugur dalam pemboman Israel semalam. Di antaranya Issam al-Dalis, kepala pekerjaan umum pemerintah, Ahmed al-Hatta, wakil menteri kehakiman, Mahmoud Abu Watfa, wakil menteri dalam negeri dan Bahjat Abu Sultan, direktur jenderal dinas keamanan dalam negeri.

“Semoga Allah mengampuni mereka, bersama dengan ratusan syuhada dari rakyat Palestina akibat kejahatan yang berkelanjutan sejak fajar hari ini,” kata pernyataan itu.
Rumah Sakit Al-Ahli di Kota Gaza kewalahan dengan banyaknya korban jiwa yang berdatangan.Terkadang seluruh keluarga tiba sebagai korban, termasuk sebuah keluarga beranggotakan 26 orang, yang terdiri dari perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia. Sorang ibu terlihat menangisi jenazah kedua putrinya.
Serangan semalam kembali membuktikan bahwa tidak ada tempat yang aman di Jalur Gaza. Orang-orang kembali ke rumah-rumah dan pusat-pusat evakuasi yang dibom, mengira tempat itu akan aman karena adanya gencatan senjata, namun kenyataannya tidak demikian. Mereka dibunuh di tempat-tempat ini.
Gaza kembali berubah menjadi kotak pembunuhan. Sampai sekarang, tidak jelas apa yang akan dilakukan orang-orang selain mencoba bertahan hidup. Banyak yang mencari perlindungan di Rumah Sakit al-Ahli dan fasilitas kesehatan lainnya yang masih ada.
Innocent children were tragically killed while sleeping after being targeted in an Israeli airstrike this morning.
According to the Palestinian Health Ministry, more than 400 Palestinians have been killed, including around 130 children, as Israel continues bombing the enclave… pic.twitter.com/TD94I0mSGN
— Quds News Network (QudsNen) March 18, 2025
Muhammad Abu Salmiya, direktur Rumah Sakit al-Shifa, mengatakan kepada Al Jazeera Arab bahwa rumah sakit tersebut tidak siap menangani masuknya korban gelombang serangan terbaru Israel. “Setiap menit, orang yang terluka meninggal karena kurangnya sumber daya,” kata Abu Salmiya.
Hanya empat tempat tidur perawatan intensif yang tersedia di Kota Gaza dan Gaza utara dan sistem kesehatan kekurangan kebutuhan dasar, tambahnya. Mencapai daerah sasaran untuk mengevakuasi para korban dari bawah reruntuhan juga masih “sangat sulit”. Kementerian Kesehatan Palestina mengeluarkan pernyataan yang menyerukan donor darah segera setelah stok yang tersedia di bank darah habis.