Rabu 05 Mar 2025 19:39 WIB

Cina Ancam 'Habis-Habisan' Hadapi Perang Dagang AS

China siap menghadapi perang apapun yang dilancarkan AS.

Bendera nasional China dan AS terlihat dipajang di luar toko suvenir di Beijing pada 31 Januari 2025.
Foto: AP Photo/Andy Wong
Bendera nasional China dan AS terlihat dipajang di luar toko suvenir di Beijing pada 31 Januari 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Kedutaan Besar Cina di Amerika Serikat mengatakan pada Rabu bahwa mereka “siap berperang habis-habisan” dengan AS dalam perang dagangnya. Tak hanya perang dagang, Beijing menyatakan siap berhadapan dengan AS dalam perang apapun.

“Jika perang adalah apa yang diinginkan AS, baik itu perang tarif, perang dagang, atau jenis perang lainnya, kami siap berperang habis-habisan,” kata Kedutaan Besar Cina di Amerika Serikat dalam sebuah postingan di X.

Baca Juga

Pasar utama Asia diperdagangkan naik pada Rabu, membalikkan penurunan sehari setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan lebih banyak tarif terhadap impor Cina menyusul langkah serupa bulan lalu.

Tarif AS diperkirakan akan mencapai ratusan miliar dolar dalam total perdagangan antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Ekspor Cina juga mencapai rekor tertinggi pada tahun lalu.

Surat kabar Dawn melansir, Kedubes Cina di AS mengutip postingan juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina yang mengatakan bahwa, “Masalah fentanil adalah alasan yang lemah untuk menaikkan tarif AS terhadap impor Cina. Tindakan balasan kami untuk membela hak dan kepentingan kami sepenuhnya sah dan diperlukan.”

Awal bulan ini, AS memutuskan untuk mengenakan tarif 10 persen pada barang-barang yang diimpor dari Cina. Gedung Putih mengatakan tarif 10 persen berlaku untuk semua impor dari Cina dan di luar tarif yang sudah ada. Kenaikan tarif akan mulai berlaku pada hari Selasa. Pihak AS mengutip masalah fentanil di AS sebagai pembenaran atas tindakan tersebut.

Fentanyl adalah opioid sintetik yang sangat adiktif, 50 kali lebih kuat dibandingkan heroin. Obat ini sering digunakan untuk membuat narkotika palsu karena harganya yang relatif murah, dan obat ini memainkan peran yang semakin penting dalam krisis opioid di Amerika Serikat.

Beijing telah mengumumkan tindakannya sendiri pada Selasa sebagai pembalasan atas kenaikan tarif terbaru Washington dan berjanji akan berperang dalam perang dagang sampai “akhir yang pahit”.

Langkah ini akan membuat Cina mengenakan pungutan hingga 15 persen pada berbagai produk pertanian AS termasuk kedelai, daging babi, dan gandum mulai awal minggu depan.

Tindakan balasan yang dilakukan Beijing mewakili “respon yang relatif tidak terdengar” dibandingkan dengan tarif Trump yang mencakup semua hal, tulis Lynn Song, kepala ekonom untuk Tiongkok Raya di ING. “Pembalasannya bisa saja lebih kuat, dan dengan setiap eskalasi lebih lanjut, risikonya juga meningkat jika ada respons yang lebih kuat,” katanya.

Para analis mengatakan pihak berwenang dapat mengumumkan rencana lebih lanjut untuk meningkatkan perekonomian pada minggu ini, menambah serangkaian langkah dukungan agresif yang diumumkan akhir tahun lalu.

Cina menetapkan target pertumbuhan tahunan yang ambisius sebesar sekitar lima persen, dan berjanji untuk menjadikan permintaan dalam negeri sebagai pendorong utama perekonomiannya di tengah meningkatnya perang dagang dengan Amerika Serikat yang berdampak pada ekspor Beijing.

Beijing juga mengumumkan kenaikan pendanaan fiskal yang jarang terjadi, sehingga defisit anggarannya mencapai empat persen pada tahun ini seiring dengan upayanya memerangi kelangkaan lapangan kerja bagi kaum muda, rendahnya permintaan konsumen, dan krisis utang sektor properti yang terus berlanjut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement