Jumat 21 Feb 2025 19:45 WIB

Jauh Sebelum Sukatani, Pada 1983 Iwan Fals Sudah Kritik Polisi di Lagu Ini

Sejumlah musisi memilih untuk tidak dengan lugas menggunakan kata polisi dalam lirik.

Penyanyi Iwan Fals tampil pada konser dalam tur ke-12 di Kota Dumai, Riau, Sabtu (28/9/2024). Setelah konser di kota tersebut, selanjutnya Iwan Fals akan menggelar tur ke-13 kota lainnya di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi serta akan berakhir di sejumlah kota di Pulau Jawa hingga Februari 2025.
Foto: ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid
Penyanyi Iwan Fals tampil pada konser dalam tur ke-12 di Kota Dumai, Riau, Sabtu (28/9/2024). Setelah konser di kota tersebut, selanjutnya Iwan Fals akan menggelar tur ke-13 kota lainnya di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi serta akan berakhir di sejumlah kota di Pulau Jawa hingga Februari 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jauh sebelum lagu 'Bayar Bayar Bayar' milik band Sukatani membuat gaduh publik dan polisi, ada musisi legendaris Iwan Fals, yang berbuat serupa. Pada 1983, Iwan merilis album 'Sumbang'. Di dalam album itu ada satu lagi berjudul 'Kereta Tiba Pukul Berapa'.

Lagu ini bercerita tentang seseorang yang hendak menjemput temannya di stasiun kereta. Namun karena telat, ia menggeber mesin kuda besinya. Ngebut, kemudian kena tilang.

Baca Juga

Berikut liriknya:

Kupacu sepeda motorku

Jarum jam tak mau menunggu

Maklum rindu

Traffic light aku lewati

Lampu merah tak peduli

Jalan terus (asyik)

Di depan ada polantas

Wajahnya begitu buas

Tangkap aku

Tawar-menawar harga pas tancap gas

Menariknya, di sini Iwan menghindari menggunakan kata 'polisi' secara langsung. Ia memilih menggunakan kata 'polantas', yang sebenarnya merupakan kependekan dari 'polisi lalu lintas'. Namun dengan pesan yang sama yakni menyoroti dan mengkritik perilaku sebagian polisi saat itu. Republika mencoba menghubungi manajemen Iwan Fals maupun sang musisi terkait sejarah lagu ini. Namun belum direspons.

Sejauh sejarah Iwan Fals yang terekam luas, ia memang kerap menciptakan lagu berisi kritikan sosial di era Orde Baru. Era yang ngeri ngeri sedap, sebetulnya dalam berkesenian. Namun belum diketahui apakah Iwan tersandung di lagu 'Kereta Tiba Pukul Berapa' ini. Hanya saja ia pernah bercerita, konser 100 kota nya dibatalkan sepihak oleh aparat. Ia menyesalkan hal tersebut.

Sementara band Sukatani lewat lagu 'Bayar Bayar Bayar' memilih pendekatan berbeda dengan Iwan. Menulis lirik lebih lugas dan tanpa terselubung. Menarik melihat 'keberanian' band ini, karena musiknya beredar di skena bawah tanah 'underground' musik Indonesia.

Berikut sebagian liriknya:

Mau bikin gigs, bayar polisi

Lapor barang hilang, bayar polisi

Masuk ke penjara, bayar polisi

Keluar penjara, bayar polisi

Aduh aduh ku tak punya uang

Di awal dekade 2000-an, lirik lagu yang mengkritik polisi juga muncul dari ranah musik indie. Band rock Seringai merilis lagu 'Lencana' pada 2004. Lagu tersebut berisi keluh kesah band tersebut terhadap aparat. Uniknya, lirik lagu itu tidak memuat kata 'polisi' namun menggunakan simbol 'lencana' yang memang dimiliki penegak hukum. Lagu 'Lencana' ini menjadi langganan dinyanyikan Seringai dalam setlist konser nya.

Berikut sebagian liriknya:

Kekuatanmu di balik lencana, miliki senjata membuatmu bergaya?

Lelucon sedih dibawah kendali, lecehkan mereka yang tak punya lencana.

Melindungi?

Melayani?

Melindungi?

Yeah, saatnya ambil kendali.

Kami takkan ikuti langkahmu, layani mereka yang salahgunakan kekuatan.

Pada 2011, band indie lainnya, The Brandals/BRNDLS juga menggebrak dunia musik dengan single bernuansa polisi, yakni 'Awas Polizei!'. Lagu ini jadi single pembuka perkenalan album DGNR8.

Di sini lagi lagi musisi memilih untuk tidak menggunakan kata 'polisi' secara langsung. Alih-alih, BRNDLS memilih menggunakan kata dalam bahasa Jerman, yakni polizei, di dalam lagunya. Liriknya masih serupa dengan Iwan Fals dan Seringai, berisi keluhan dan kritik kepada aparat.

Berikut liriknya:

Berdiri tegak tepat di perempatan

Mata memandang lihat siapa yang dial

Kasak-kusuk kiri-kanan cari-cari kesempatan

Otot urat, keringat

Ayo tawar di trotoar dan...

Awas Polizei!

Oh awas Polizei!

Awas Polizei!

Oh awas Polizei!

Pendekatan yang berbeda dilakukan band legendaris Slank asal Potlot Jakarta. Band ini memilih menulis lagu terang-terangan yang memuji polisi. Tentu saja, karena Slank menulis lagu ini dalam momen merayakan HUT Polri pada 2023.

Berikut sebagian liriknya:

Slank datang mau kasih kado buat

Kepolisian Republik Indonesia

Yang lagi ulang tahun

Ini kadonya

Polisi yang baik hati

Senyum ramah manusiawi

Pembela rakyat sejati

Suka rela mengayomi

Polisi yang baik hati

Siap siaga melindungi

Paling sigap melayani

Sepanjang malam

Sepanjang hari

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement