REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Jejaring ritel asal Prancis, Carrefour Group, mengumumkan penurunan laba bersihnya selama tahun fiskal 2024 lalu dari 1,6 miliar euro pada tahun sebelumnya menjadi 723 juta euro. Penurunan tersebut di bawah ekspektasi pasar yang mencantumkan kisaran 1,17 miliar euro, menurut data Visible Alpha yang dikutip laman investing.com.
Penurunan laba bersih Carrefour terjadi seiring anjloknya saham peritel raksasa Prancis ini pada Kamis (20/2/2025) setelah Carrefour juga mengeluarkan prospek 'hati-hati' tentang permintaan konsumen dan memproyeksikan hanya sedikit pertumbuhan dalam arus kas bebas (FCF) dan laba sebelum bunga dan pajak (EBITDA) untuk tahun 2025.
CFO perusahaan Matthieu Malige mengatakan dia tidak mengharapkan peningkatan permintaan yang signifikan dalam waktu dekat.
Palestine Chronicle menulis, tajamnya penurunan laba bersih tersebut juga muncul setelah boikot populer yang meluas di Timur Tengah, menyusul dugaan dukungan merek Prancis tersebut terhadap Israel dalam perang di Jalur Gaza.
Pada November 2024, jejaring Carrefour terpaksa menutup semua cabang mereka di Yordania sebagai akibat dari boikot. Keputusan ini menyusul kampanye boikot populer yang luas yang menargetkan Carrefour di Yordania dan merek-merek lain yang dianggap mendukung Israel. Kampanye di Yordania menyebabkan penurunan penjualan Carrefour lebih dari 75% sejak dimulainya genosida Israel di Jalur Gaza pada Oktober 2023.
Meskipun Carrefour jarang mengakui dampak boikot terhadap margin keuntungannya yang menyusut, berbagai bukti menunjukkan bahwa boikot kolektif perusahaan, tidak hanya di Timur Tengah tetapi di seluruh dunia, memainkan peran dalam krisis yang sedang berlangsung.
